Menjamah Ranu Kumbolo Suasana pagi saat matahari terbit di Ranu Kumbolo, Semeru. Tempo/Francisca Christy Rosana
Empat pos pendakian akan menghadang. Hanya dengan melewati keempatnya, para pendaki bisa mencapai tujuan akhir: Ranu Kumbolo. Masing-masing membawa bekal, tenda, peralatan penghangat tubuh, dan obat-obatan. Suhu minus derajat menjadi musuh besar para pendaki pada bulan-bulan menjelang pertengahan tahun di ketinggian lebih dari 2.000 mdpl.
Pos pertama dilalui tanpa halang-rintang. Hanya, jalurnya menanjak tanpa bonus. Begitulah para pendaki kerap memberi julukan. Pada jalur pertama ini, mesin-mesin kaki bak sedang dipanasi. Tergopoh-gopoh laku para pendaki melewati jalanan setapak yang terus menanjak.
Lambat laun, jalur paving atau konblok berubah menjadi tanah berumput. Ladang-ladang atau sawah berganti hutan rapat. Cuitan burung dan nyanyi serangga hutan menjadi pengantar. Sesekali, sengal nafas terdengar lebih kencang daripada nyanyi serangga hutan.
Sembilan puluh menit perjalanan itu dilalui tanpa berhenti. Sebuah warung di hutanlah yang menyetop langkah. Kata para pendaki, inilah tandanya pos satu telah berakhir. Nanti sampai pos keempat, tanda itu masih sama. Masing-masing pos berakhir dengan lapak sederhana.
Di lapak itu penduduk lokal menjual gorengan, semangka, dan jajanan lainnya. Tampak unik bila dinalar. “Berarti mereka mendaki setiap hari?” kata saya kepada rekan perjalanan.
Seorang rekan yang asli Lumajang membenarkan. Para pedagang itu sudah terbiasa bolak-balik melaju hampir 10 kilometer memanggul dagangan. Mereka diuntungkan dengan jumlah pendaki yang mencapai ratusan saban hari.
Sejak Film 5 CM gubahan Rizal Mantovani dirilis pada 2012, pendakian ke Semeru memang langsung naik pamor. Banyak pendaki pemula yang menjajal menjelajah. Meski, tak sampai puncak. Tujuan mereka semata-mata ialah menyambangi Ranu Kumbolo. Danau ini memang menebar pesona, baik untuk dipotret secara visual maupun disambangi secara langsung.
Setidaknya butuh waktu 4-6 jam sampai tiba di lembah kaldera bernama Ranu Kumbolo. Tantangan terberat dirasakan pada pos terakhir. Jalur menanjak itu seakan-akan membuat tubuh condong tak beraturan. Jarak lutut dan jalan setapak pun hanya hitungan jengkal. Kemiringan jalanan itu tak terukur.
Namun, setelah lolos melampauinya, pendaki akan sampai pada gerbang pertama keindahan sebenarnya. Selamat datang di Ranu Kumbolo, surga para pendaki Gunung Semeru!