Selanjutnya, seorang lelaki menghampiri menyerahkan sebuah kantong plastik dan meminta bayaran Rp 2000 untuk satu kantong plastik yang harus dimiliki setiap pengunjung yang masuk ke area makam dan masjid.
Lalu ada para pengemis yang tak sedikit jumlahnya. Dalam pengamatan Tempo jumlah pengemis sudah berkurang dibanding lima tahun silam. Saat itu jumlahnya mencapai 50 kepala. Namun perilaku mereka saat ini cukup mengganggu.
"Wah kalau minta memaksa,"kata Azmi, 60 tahun, seorang peziarah. Makanya tutur Azmi mau tidak mau dari rumah menyediakan uang receh. "Bisa sekantong. Kalau tidak kami menukar di sini (Banten Lama) ada penukaran uang juga,"katanya.
Pungutan tidak berhenti di situ. Saat Tempo meninggalkan lokasi tukang parkir sudah mematok Rp 10 ribu untuk parkir kendaraan roda empat. Belum 10 meter meninggalkan area parkir, seorang lelaki menghadang kendaraan kami dan meminta uang dengan paksa. Uang receh Rp 2000 terpaksa diberikan dan kendaraan kami baru diperbolehkan jalan.
Gubernur Banten Wahidin Halim terusik dengan keberadaan pengemis di Banten Lama itu. "Anak-anak yang sering minta uang kepada pengunjung akan kami sekolahkan, kami didik dengan baik agar mereka memiliki pengetahuan, dan nantinya bisa menunjukan keahliannya kepada pengunjung," kata Wahidin, Rabu, 7 November 2018.
Saat ini Pemerintah Provinsi Banten sedang melakukan revitalisasi Banten Lama dengan menata kawasan seluas 300 hektar itu. Wahidin menyebutkan mengalokasikan dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) tahap pertama senilai Rp 70 miliar untuk penataan kawasan Banten Lama.
Wahidin memastikan uang Rp 70 miliar itu digunakan untuk program penataan kawasan sejarah, pembangunan untuk kanal sepanjang 40 kilometer, relokasi pasar cinderamata dan pembangunan halaman Masjid Agung dan plaza.
AYU CIPTA (Serang)