TEMPO.CO, Yogyakarta - Relawan dari kalangan muda yang tergabung dalam Vegan Society of Indonesia (IVS) menggelar festival vegan, yakni festival kuliner berbasis nabati di mall Malioboro dan Hotel Ibis Yogyakarta, 2-4 November 2018.
Acara itu melibatkan puluhan pelaku usaha yang menjual produk pangan ramah lingkungan, komunitas petani organik, dan rumah makan olahan produk nabati. Atrium Mall Malioboro penuh gerai penjaja makanan sehat ramah lingkungan.
Ada camilan kaya sumber protein nabati, yakni biji-bijian organik dari biji bunga matahari, almond, biji lamtoro. Ada juga minuman fermentasi berbahan teh, minuman fermentasi dari bunga telang.
Pengunjung juga bisa membeli sayur dan buah organik produk petani lereng Gunung Merbabu. Produk ramah lingkungan itu diantaranya labu, mentimun, bayam, sawi putih, bit, wortel, selada, dan alpukat. “Acara ini mengedukasi masyarakat soal pola makan. Sepiring makanan untuk kesehatan dan menyelamatkan bumi,” kata Sekretaris Jenderal IVS Yogyakarta, Jefrey Candra.
Menurut dia, IVS yang merupakan komunitas atau organisasi nirlaba beranggotakan relawan muda berumur 18-24 tahun. Di seluruh Indonesia, IVS punya 60 cabang komunitas. Di Yogyakarta anggotanya berjumlah 80 orang dan mereka anak-anak muda yang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Prihatin dengan kerusakan bumi karena pemanasan global, anak-anak muda ini terus mengkampanyekan gerakan pola makan sehat berbasis nabati.
Menurut Jefrey, pola makan berbasis nabati menjadi gerakan melawan laju pemanasan global. Berdasarkan sejumlah penelitian, sektor peternakan sapi menyumbang emisi untuk mempercepat laju pemanasan global. Gas metana pada ternak sapi meningkatkan efek rumah kaca. Gas metana keluar dari sendawa, kentut, dan kotoran hewan ternak ruminansia, di antaranya sapi.
Peningkatan populasi ternak demi memenuhi persediaan daging memicu deforestasi atau penggundulan hutan untuk memperluas peternakan. Penebangan hutan untuk pakan ternak juga mendukung pemanasan global.
Intan Dian, anggota kelompok tani Bangkit Merbabu yang menjual produk pertanian organik di festival itu, mengatakan produk tanaman organik yang dijual telah mengantongi sertifikat berstandar internasional dari Jepang. Tanaman organik produk petani Bangkit Merbabu menggunakan pupuk fermentasi berbahan sayuran dan rempah-rempah yang petani olah. “Pertanian organik tidak membunuh hama tapi mengendalikan. Dampaknya bagus karena menjaga ekosistem,” kata dia.
SHINTA MAHARANI (Yogyakarta)