TEMPO.CO, Jakarta - Setiap kota di Madura memiliki batik khas, tak hanya Bangkalan yang mempunyai batik spesial. Tapi ketiga kota lain di pulau ini pun memiliki ciri khas, termasuk Pamekasan. Jadi ketika mengunjungi kota yang berjarak sekitar 112 kilometer dari Surabaya ini, jangan lewatkan kesempatan untuk berbelanja batik.
Warna-warna ngejreng menjadi ciri khas dari batik Pamekasan. Nah untuk berburu batik di kota ini, bisa ke pasar khusus batik. Namanya Kompleks Pasar 17 Agustus. Lokasinya terletak di Jalan Pintu Gerbang. Hampir semua kios menjual batik serupa, tapi kebanyakan batik Pamekasan.
Ingin langsung mendatangi para pengrajin pun tak sulit di sini. Karena kampung-kampung batik tidak jauh dari pusat kota. Adalah Kecamatan Proppo yang memiliki beberapa kampung batik, di antaranya Desa Rangperang Daya dan Desa Klampar. Untuk menuju ke sana, hanya memerlukan waktu 10-15 menit dari pusat kota.
Menyusuri jalan-jalan di Dusun Banyumas, Desa Klampar, pasti akan menemukan para perempuan tengah membatik. Atau paling tidak, melihat gerai yang menjual batik. Karena ibu-ibu tak sepanjang hari membatik. Saat menyusuri desa ini, akhirnya saya temukan juga seorang ibu tengah membatik di depan rumahnya. Khatimah, 31 tahun, yang langsung tersenyum ketika saya dekati.
Beraninya Batik Madura
Ibu dua anak ini sudah membatik sejak duduk di bangku sekolah dasar. Kini kegiatan itu ia lakukan hampir setiap hari setelah mengurus anak dan memasak. “Kadang sambil ngerumpi juga,” ujarnya sembari tertawa. Ia membatik di atas kain samporis, motif sederhana yang dengan cepat diselesaikannya. “Motifnya di sini besar-besar dan gablak (warna-warni),” katanya.
Baca Juga:
Nasi Ramoy Kuliner Sapi ala Pamekasan, Berani Coba?
Sate Lalat Kuliner Pamekasan, Kecil-kecil Tetap Terasa Ayamnya
Menurut Khatimah, batik yang sedang tren adalah pancawarna. “Cirinya berwarna terang dan tabrakan,” ucapnya. Warna kinclong itu tentunya dari pewarna kimiawi. Warna batik Pamekasan memang ke luar dari pakem batik umumnya. Batik ini memunculkan warna menyala, terutama oranye, ungu, kuning, juga hijau. Sedangkan untuk motif, yang tengah naik daun adalah motif sekar jagad. “Maksudnya, segala corak masuk, pokoknya sejagad. Rumput, daun, dan garis-garis,” tuturnya.
Soal harga, batik Pamekasan tergolong miring. Tergantung kain yang digunakan, corak, serta warna. Coraknya pun cenderung tak memenuhi lembaran kain. Harga terendah berkisar Rp 50-75 ribu. Rupanya harga tersebut justru yang paling banyak dibeli. Untuk batik yang menggunakan katun super, harga terendah Rp 100 ribu. Tapi kisaran harga umumnya antara Rp 65-350 ribu.
Tak jauh dari Desa Klampar, ada Desa Rangperang Daya. “Di Rangperang Daya, batiknya lebih halus,” kata Kholili dari Batik Podhek Al-Barokah di Rangperang Daya. Selain itu, ada kampung batik di Desa Kowel yang lebih banyak menggunakan warna dasar putih. Jadi, tetap banyak pilihan bila berburu batik di Pamekasan. Tertarik?