TEMPO.CO, Pekanbaru - Kopi Liberika Meranti sangat digemari masyarakat Malaysia sejak dulu. Peminatnya cenderung meningkat saban tahun membuat para petani kopi di Meranti, Desa Kedaburapat, Kecamatan Rangsang Barat, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau, tidak risau dengan dengan pemasarannya.
Sekretaris Kelompok Indikasi Geografis (IG) Masyarakat Peduli Kopi Liberika Ransang Meranti (MPKLRM) Al Amin mengatakan, penjualan kopi liberika Meranti sudah menembus pasar Malaysia sejak tahun 1980. Hal itu dipengaruhi letak geografis antara Kecamatan Rangsang dengan Batu Pahat, wilayah distrik negara bagian barat Johor, Malaysia yang hanya 94,90 kilometer melintasi jalur Internasional Selat Malaka.
“Ke Malaysia bisa ditempuh dengan waktu 2 jam,” kata Amin, kepada Tempo beberapa waktu lalu. Transportasi menuju Malaysia cenderung sangat mudah ketimbang menuju ibu kota Provinsi Riau, Pekanbaru yang menghabiskan waktu hampir setengah hari perjalanan. “Akses transportasi sangat mempengaruhi.”
Menurut Amin, harga beli untuk pasar Malaysia saat ini cenderung fluktuatif, namun cukup tinggi. Terlebih para pedagang besar yang membawa kopi liberika ke Malaysia tidak menyortir kopi yang dipanen petani. Baik itu buahnya berukuran besar, kecil atau tidak sengaja tercampur buah mentah. “Semua diangkut mereka tanpa disortir terlebih dulu,” ujarnya.
Sebanyak 90 persen kopi liberika Meranti ditampung pasar Malaysia, dan hanya 10 persen saja yang menembus pasar lokal. Pada tahun 2016 lalu, ekspor kopi liberika Meranti ke Malaysia mencapai 71 ton dalam bentuk green bean atau setara dengan 800 ton buah segar. “Pasar Malaysia sudah menjanjikan,” katanya.
Tingginya peminat kopi Liberika Meranti di Malaysia itu dipengaruhi sejarah masa lalu. Menurut cerita, bibit kopi Liberika yang ditanam petani di kepulauan Meranti dulunya berasal dari Malaysia. Bibit itu dibawa oleh perantau asal Pulau Rangsang dari Batu Pahat, Malaysia, saat pulang kampung.
Solahuddin, salah seorang petani, mengatakan semula perantau itu membawa enam benih kopi liberika saat pulang kampung kee Desa Kedabu Rapat, Kecamatan Rangsang Barat. Benih tersebut kemudian di budidayakan, sehingga berkembang ke daerah lainnya, seperti Bina Sempian. “Ini pula yang menjadi alasan mengapa kopi liberika Meranti diminati orang Malaysia,” ujarnya.
Meski ramai dipasaran negeri jiran, namun peminat kopi Liberika Meranti masih sepi di negeri sendiri. Butuh perjuangan panjang bagi kelompok tani kopi mempromosikan kopi asli Riau itu.