TEMPO.CO, Yogyakarta - Pemerintah Kota Yogyakarta berharap perhelatan Wayang Jogja Night Carnival yang digelar saban bulan Oktober bisa masuk Kalender Wisata Nasional Tahunan. Pada pagelaran yang sudah dilangsungkan 7 Oktober lalu, semua elemen masyarakat ikut terlibat mensukseskan kegiatan yang sudha masuk tahun ketirga tersebut.
Sejak tiga tahun terakhir, Pemerintah Kota Yogyakarta terus memperkenalkan kegiatan budaya yang menjadi bagian dari perayaan hari jadi kota. Tahun ini Yogyakarta mencapai usia ke-262. Dalam pelaksanaan ketiga ini, mereka mengeluarkan segala kemampuan dan berusaha menjadikan ajang tahuan ini masuk dalam salah satu kegiatan pariwisata nasional.
Kegiatan ini biasanya digelar di Tugu Pal Putih. Pada malam itu, acara dimulai dengan video mapping yang dipenuhi warna-warna yang memukau. Lalu ilanjutkan dengan penampilan kendaraan hias bertema Narasinga yang merepresentasikan Dewa Wisnu sebagai dewa pelindung.
Llau ada alunan musik tradisional yang dibalut dengan musik modern membuat pengunjung berteriak. Belasan penari laki-laki dan wanita berlari menuju ke depan tenda utama. Mereka langsung melakukan koreografi dan menikmati hentakan musik yang diikuti goyangan yang diberi nama Japemete.
Kemudian masuklah acara utama, yakni arak-arakan wayang dari 14 kecamatan di kota Yogyakarta. Setiap kecamatan menampilkan karya dalam bentuk tokoh perwayangan. Muali dari Rama Shinta, Rahwana, naga dan lain-lain. Setiap kecamatan diberikan waktu sekitar dua menit di depan pentas utama menampilkan karya mereka dalam bentuk kostum, gerakan, tari dan patung berukuran besar.
Setelah itu arak-arakan harus melanjutkan perjalanannya menyapa seluruh warga kota yang berada di sisi kiri dan kanan jalanan tersebut.