TEMPO.CO, Mataram - Kondisi jalur pendakian ke Gunung Rinjani ternyata dalam keadaan rusak berat dan diperkirakan baru bisa dibuka pada tahun 2020. Namun kepastian baru akan diperoleh pada Mei 2019 setelah survei ulang menunggu berakhirnya musim hujan.
Survei pertama yang dilakukan Tim Taman Nasional Gunung Rinjani setelah terjadinya gempa berturut-turut selama sebulan 29 Juli - 19 Agustus 2018, hanya mampu menjangkau hingga kilometer 7,8 akibat longsornya Bukit Penyesalan. Kawasan ini terdapat di jalur pendakian Sembaluan atau sekitar 120 meter sebelum Plawangan Sembalun.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Sudiyono Hadjo Puspito menjelaskan kondisi jalur pendakian Rinjani tersebut kepada Tempo melalui telepon, Kamis 18/10. ''Jalur tersebut belum layak dibuka. Kondisinya belum aman. Setelah tanahnya stabil baru bisa dilakukan survei lagi,'' katanya.
Menurutnya, survei rencana rehabilitasi jalur pendakian dan fasilitas pendukung baru dapat dilakukan setelah musim hujan, yakni sekitar bulan Mei 2019. Menurut Sudiyono sepanjang jalur pendakian dari Senaru Lombok Utara terdapat 14 titik longsor dan retakan. Beberapa shelter juga mengalami rusak - ringan dan berat.
''Jalur pendakian Senaru terputus akibat longsor di bawah Plawangan Senaru,'' kata dia. Adapun jalur budaya Torean juga didapati 12 titik longsor dan retakan tanah.
Dalam rangka memberikan alternatif wisata bagi para pelaku wisata Rinjani yang menggantungkan mata pencahariannya dari wisata pendakian Rinjani, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani melakukan telah survei dengan melibatkan banyak pihak terkait, pada15 - 17 Oktober 2018 lalu. Pembahasan hasilnya akan dilakukan Selasa 23 /10, pekan depan.
SUPRIYANTHO KHAFID (Mataram)