Salah satu tempat yang menjual kuliner tersebut adalah restoran Osing Deles yang terletak di Jalan Agus Salim. Menurut Zunita Ahmad, pemilik Restoran Osing Deles, beragam festival telah meningkatkan penjualan kulinernya. Seperti saat menjelang pergelaran Festival Gandrung Sewu ini, penjualan restonya mengalami lonjakan hingga 100 persen.
“Orderan buffet kami terus betambah. Terutama permintaan untuk kuliner khas Banyuwangi, seperti nasi tempong, pecel pitik, dan pindang koyong,” kata Zunita. Peningkatan ini juga terjadi pada outlet pusat oleh-oleh miliknya. Terletak di lantai dasar resto Osing Deles, pendapatan pada pusat oleh-oleh tersebut juga mengalami peningkatan hingga 300 persen.
“Alhamdulillah, saya adalah salah satu warga yang merasakan dampak positif dari Banyuwangi Festival. Saya yakin hal yang sama juga dirasakan oleh pelaku usaha lain di Banyuwangi,” ujar dia.200 ibu mengikuti Festival Sego Tempong yang digelar Pemerintah Banyuwangi, 28 Maret 2015. Sego Tempong adalah kuliner tradisional Banyuwangi yg terdiri dari aneka sayur, sambal ekstra pedas dan ikan asin. TEMPO/Ika Ningtyas
Kedatangan ribuan wisatawan menjelang Festival Gandrung Sewu juga meningkatkan okupansi hotel. Sebagian besar hotel di Banyuwangi telah kehabisan kamar.
General Manager Hotel El Royale Agus Setiawan mengatakan, tingkat hunian kamar di hotel bintang empat yang dikelolalanya pekan ini mengalami peningkatan tajam. Dari 161 kamar yang ada, hanya tersisa 3 kamar. “Peningkatan ini sudah terjadi mulai hari Senin kemarin hingga Minggu lusa. Hari biasa okupansi kami 60 persen, pekan ini 95 persen, bahkan hari Jumat ini sudah 100 persen,” kata Agus.
Mereka yang ingin menonton Festival Gandrung Sewu rata-rata sudah mulai masuk sejak Kamis (18/10) dan Jumat (19/10), dan akan keluar pada Minggu (21/10).
“Setiap ada festival di Banyuwangi pasti berimbas dengan hunian hotel kami. Para wisatawan rata-rata juga menyewa kendaraan selama di Banyuwangi dari para pelaku usaha jasa transportasi lokal,” ujarnya.