TEMPO.CO, Yogyakarta - Puluhan distro lokal asal Kota Yogyakarta unjuk gigi dengan menampilkan produk terbaik mereka melalui ajang Youngyakarta Festival, pada 13-14 Oktober di sisi timur Stadion Kridosono Yogyakarta.
Produk clothing independen asal Kota Yogyakarta dinilai memiliki kualitas yang baik. “Jika sebelumnya, banyak produsen yang masih berkiblat ke Bandung, sekarang produk Yogyakarta mulai bisa mencari ciri khas sendiri," kata Ketua Panitia Youngyakarta Festival Ari Kancil di Yogyakarta, Jumat, 12/10.
Menurut Ari Kancil, ciri khas produk sandang independen asal Kota Yogyakarta terletak pada gaya desain hingga sablon. "Misalnya memasukkan unsur tradisional Yogyakarta."
Pada Youngyakarta Festival ini belum semua merek lokal ditampilkan karena keterbatasan lahan. Panitia terpaksa menolak 20 merek yang berkeinginan mengikuti festival tersebut.
Kegiatan ini diinisiasi oleh Pemerintah Kota Yogyakarta. Tak heran peserta yang ikut didominasi usaha binaan pemerintah daerah maupun wilayah. “Kami tidak menggandeng produsen besar karena mereka sudah mampu mandiri dan memiliki pasar sendiri," kata Ari.
Selain menampilkan produk sandang, dalam festival juga ditampilkan ragam produk kreatif unggulan, seperti kerajinan, kuliner food truck hingga custom otomotif dilengkapi dengan hiburan musik.
Kepala Bidang Ekonomi Kreatif dan Atraksi Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Edy Sugiharto mengatakan kantornya terus melakukan pendataan terhadap berbagai potensi dan produk ekonomi kreatif yang ada di Yogyakarta. "Kami sudah menyusun road map untuk mewujudkan kampung ekonomi kreatif di Yogyakarta pada 2022," kata dia.
Pemilihan lokasi penyelenggaraan Youngyakarta Festival di Stadion Kridosono juga ditujukan untuk mendukung pengembangan kawasan cagar budaya tersebut dari sektor ekonomi. "Kawasan cagar budaya Kotabaru memiliki nuansa menarik.”
Stadion Kridosono berdiri di kawasan Kota Baru akan dijadikan sebagai pop center di Yogyakarta untuk mendukung kegiatan anak muda. Jalan Suroto pun akan dikembangkan sebagai kawasan pedestrian kedua di Yogyakarta setelah Malioboro.
"Kami mencoba masuk mengembangkan sektor ekonomi di wilayah ini dengan menumbuhkan distro," kata Edy Sugiharto.
ANTARA