TEMPO.CO, Jakarta - Relokasi pasar ternyata tak hanya terjadi di negeri ini. Jepang pun punya cara yang sama untuk menata kotanya. Seperti yang terjadi pada Pasar Tsukiji di Tokyo. Penolakan para pemilik kios pun terjadi, tapi relokasi tetap berlangsung karena Pasar Tsukiji dinilai tak bisa dikembangkan lagi atau areanya terbatas.
Hari ini menjadi hari terakhir bagi para pedagang untuk bertransaksi di pasar buah, sayur dan ikan terbesar di Jepang ini. Keramaian di pasar tradisional yang terletak di 5-2-1 Tsukiji Chou-ku, Tokyo pun akan berakhir. Bayangkan, biasanya tak kurang dari 2.000 ton ikan segar dan 1.000 ton sayuran dan buah-buahan dalam sehari dijual di pasar yang berdiri sejak 1935 ini.
Mulai besok atau Sabtu, 6 Oktober 2018, pasar yang selalu diburu wisatawan saat berkunjung ke Tokyo ini akan ditutup. Proses pemindahan 600 pedagang ke pasar baru yakni Pasar Toyusu akan berlangsung 7-10 Oktober. Dan pasar anyar yang berada di Toyusu Waterfront District itu akan buka per 11 Oktober.
Ukuran dan transaksi yang besar plus lokasi di pusat kota, membuat Pasar Tsukiji menjadi tujuan wisatawan. Bahkan kerap tercantum dalam rute jalan-jalan grup wisatawan mancanegara yang datang ke Tokyo. Tentunya, termasuk saya.
Setelah melewati area Ginza akhirnya bus tiba di daerah Tsukiji. Bus tidak bisa parkir dekat pasar, maka masih perlu berjalan kaki untuk mencapai pasar ini. Saya datang sekitar pukul 10.00, di mana rumah makan sudah buka. Atraksi menarik di sini adalah pelelalngan ikan tuna yang biasanya dilakukan pukul 05.25 tapi untuk menyaksikannya harus antre sejak pukul 03.00 karena hanya 120 orang yang boleh masuk ke pelelangan.
Deretan rumah makan yang berada di salah satu sisi dari Pasar Tsukiji Tokyo yang akan ditutup mulai 06 Oktober 2018. (japan.travel)
Meski tidak datang terlalu pagi, pasar ini tentunya tetap menarik. Ada deretan rumah makan seperti yang saya temui di bagian luar. Tentunya dengan pilihan menu yang cukup membingungkan bagi yang baru pertama mampir ke sini. Ada beragam menu olahan ikan dan tentu juga aneka sushi.
Suasana mirip dengan pasar-pasar tradisional di Asia. Dan harus hati-hati melangkah, karena banyak orang wara-wiri membawa barang dagangan atau belanjaan. Selain itu juga jalur antara kios juga cukup sempit. Sejenak, saya merasa seperti berada di tanah air.
Untuk yang ingin menjajal makanan setempat, tapi masih kenyang ada banyak camilan, atau pengganjal perut seperi onigiri dengan rasa bermacam-macam. Atau berbagai macam sate ikan laut, seperti udang, cumi, dan lain-lain. Yang ini pasti menggoda tentunya.
Baca Juga:
Pesona Putih, Kastil Himeji di Jepang
Suguhan Dramatis Great Seto Bridge dari Gunung Washuzan Okayama
Selain itu ada juga makanan kering seperti rumput laut. Dalam kemasan besar dengan harga lebih miring dibanding di pasar swalayan atau toko oleh-oleh. Beruntung rasanya saya sempat menjejaki Pasar Tsukiji di tempat aslinya, meski karena waktu padat tak bisa terlalu lama.
Keramaian di Pasar Tsukiji Tokyo yang merupakan pasar ikan terbesar di Jepang. (japan.travel)
Dalam perjalanan kembali ke bus, ternyata trotoar yang sejajar dengan pasar ini pun dipenuhi oleh pedagang kaki lima. Tak hanya makanan yang dijual tapi juga kain. Benar-benar seru, sejenak saya lupa tengah berada di Jepang.
Bila datang ke Tokyo lagi dan masih penasaran dengan pasar ikan legendaris, tentu rutenya berbeda. Pasar Toyusu berada sekitar 2 kilometer ke arah timur dari Pasar Tsukiji, dan stasiun terdekatnya adalah Stasiun Shijomae. Rencananya, tak hanya ada pasar, tapi akan berupa kompleks yang dilengkapi hotel dan mal besar.