TEMPO.CO, Jakarta - Pagi yang cerah dan ombak yang baik hati membuat perjalanan dalam 45 menit dari Pantai Sanur di Bali pun tak terlalu mengguncang. Saya bisa duduk dengan santai di perahu cepat. Dan tiba di Pantai Toya Pakeh, Nusa Penida, masih sepi. Jarum panjang baru mendekati angka 8.
Saya turun sembari mata terus tak henti melihat sekeliling. Hanya hamparan laut dan pasir putih yang terlihat di mana-mana. Di sebelahnya, Dermaga Banjar Nyuh dengan deretan perahu. Ada satu warung dan beberapa tukang ojek dengan sepeda motor jadul.
Pilihan kendaraan di sini memang ojek. Jadi lah dengan diantar abang ojek, saya menuju Desa Sakti yang berjarak sekitar 15 kilometer dari pelabuhan. Selanjutnya, harus menuruni ratusan anak tangga hingga menjejakkan kaki di pantai yang berada di Crystal Bay. Sebelum ada tangga, saya pernah menuruni jalanan ini dengan sepeda motor. Tidak terlalu melelahkan tentunya, tapi dengan jalur yang tak rata dan menurun, lumayan bikin berdebar-debar juga.
Ikan-ikan warna warni dan terumbu karang yang menghiasi bawah laut Crystal Bay, Nusa Penida. (shutterstock.com)
Sesuai dengan namanya, perairan di pantai sepanjang 1 kilometer ini memang sebening kristal. Ikan-ikan warna warni pun bisa tampak dengan mata telanjang. Meski debur ombak dari kejauhan begitu nyaring, tapi di tepi pantai terlihat laut tenang. Ini karena adanya batu karang di depan pantai yang membuat ombak tak sampai ke tepian. Batu karang atau pulau kecil itu disebut sebagai Batu Jineng, artinya batu peristirahatan.
Ada beberapa warung yang menghadap ke laut, saya memilih salah satunya. Menikmati debur ombak, mencermati speedboat berjejer di kejauhan. Tengah teluk memang salah satu spot favorit para penyelam. Umumnya, mereka datang dengan perahu, langsung dari Sanur, Benoa, Nusa Dua, atau Nusa Lembongan. Saat mentari beranjak semakin tinggi, satu per satu perahu meninggalkan teluk berpasir putih tersebut.
Baca Juga: 9 Titik di Nusa Lembongan Ini Layak Disambangi
Di tepian, beberapa turis asing asyik bermain, beberapa orang masih juga asyik snorkeling. Ikan mola-mola yang menjadi penghuni khas teluk ini hanya saya lihat dalam gambar yang dipasang di pantai. Karena jenis ikan tersebut biasanya bisa ditemukan pada Agustus-Oktober. Nah, bila bulan ini berangkat mungkin bisa bercengkarama dengan jenis tersebut.
Turis asal Rusia, Amerika Serikat, dan Jerman, menurut penjaga warung, termasuk yang kerap datang ke Nusa Penida. Mereka betah berlama-lama, bahkan saat siang nan panas pun, mereka masih asyik menyapa ikan-ikan yang berada antara pulau karang dan pantai.