Pada 2003, Gus Zaim mulai tinggal di sana. Rumah itu ditempatinya seperti rumah biasa. Bentuk bangunannya tak diubah sama sekali. Ornamen Cina-nya tak dihilangkan, bahkan malah ditambah. Ia mengaku gandrung mengoleksi barang-barang bergaya Tionghoa. Tampak guci-guci, lantai terakota, batik naga, hingga patung-patung karakter para biksu terpajang.
“Bangunan itu menceritakan sejarahnya,” kata Gus Zaim. Anggapan itulah yang melatarbelakanginya untuk tak mengubah apa pun.
Soal rumah yang menjadi pesantren, ia mengaku tak merencanakan. Namun, sejak 2003 itulah banyak anak datang untuk belajar agama. Rumah Gus Zaim berkembang menjadi rumah belajar agama dan dikenal sebagai ikon multikultur di Lasem. Para tamu sedang berkunjung ke Pesantren Kauman di Lasem. Pesantren ini milik Gus Zaim atau KH Muhammad Zaim Ahmad. TEMPO/Francisca Christy Rosana
Hunian Gus Zaim mulai menjadi pondok resmi pada 2005. Pesantren itu lahir layaknya pesantren tradisional muncul. Satu murid datang, lalu jumlahnya mengembang. Gus Zaim menegaskan, para santri yang bersekolah di sana tak cuma diajari ilmu agama, tapi jua keberagaman.
Sebab, ada unsur budaya yang berbeda di rumah itu: Cina, Belanda, dan Jawa. “Itu menggambarkan bahwa zaman dulu, asimilasi telah terjadi,” tuturnya.
Santri-santri tersebut saban hari diajak bersosialisasi dengan masyarakat sekitar, yang mayoritas Cina. Pada momen-momen tertentu, seperti ketika ada hajat, para santri ikut bergabung membantu. Saat ada warga meninggal, apa pun agamanya, mereka diajak untuk datang guna mendoakan.
“Saya sering sampaikan ke forum pengajian. Ornamen Cina ini adalah bagian dari adaptasi lingkungan. Saya dan santri-santri di sini menjaga tradisi. Caranya, mengambil hal-hal baru yang lebih baik tanpa membuang yang lama,” kata Gus Zaim.
Baca Juga: Menengok Rumah Opium dan Sejarah Bisnis Candu Lasem Masa Lalu
Kini, rumah Gus Zaim itu menjadi salah satu tujuan wisata. Orang lokal menamainya tempat wisata toleransi. Sebab, selain ilmu agama, ilmu horisontal juga akan didapat, di tempat yang sejatinya tak terduga itu.