Agni menjabat tangan seorang pria berusia 40-an tahun. Pria itu memakai kopiah, baju koko putih, dan bersarung hijau. Mereka tampak akrab. Agni memanggilnya “Abah”. Sedangkan pria itu menyapa Agni dengan panggilan “Nduk”.Gus Zaim atau KH Muhammad Zaim Ahmad dan anak bungsunya di pesantrennya, Pesantren Kauman, Lasem, Jawa Tengah, saat ditemui pada Agustus 2018 lalu. TEMPO/Francisca Christy Rosana
“Ini Gus Zaim, pemilik Pesantren Kauman,” kata Agni. Pria bernama Gus Zaim itu memiliki pembawaan yang sangat luwes. Obrolannya menyerocos akrab.
Di beranda rumah Gus Zaim, kami mengobrol. Gus Zaim atau KH Muhammad Zaim Ahmad ternyata cucu dari salah satu penggagas Nahdlatul Ulama (NU), Kiai Ma’shum.
Gus Zaim lalu berkisah tentang pesantrennya yang bergaya Cina. “Hanya ornamennya saja yang Cina. Ajarannya tidak,” katanya berseloroh. Di pintu-pintu rumah pesantren Gus Zaim memang mencolok tulisan bernuansa Mandarin. Ia mengaku tak tahu arti tulisannya. “Namun, maksudnya baik,” ujarnya. Adapun di langit-langit pesantren tampak bergelantungan lampion Imlek berwarna merah.
Arsitektur yang unik ini mengundang orang-orang dari berbagai latar belakang datang. Kata Gus Zaim, mereka yang datang mengaku ingin mendalami makna keberagaman dari pesantrennya. Seperti sore di awal Agustus itu, rombongan gabungan guru, pemuka agama, dan perwakilan pemerintah dari Malang berkunjung untuk studi tentang multikulturalisme di Kauman Lasem.
Gus Zamin mengajak saya berkeliling di rumah induk dan pondok-pondok yang ditinggali santri. “Kamu lihat kan, rumah ini adalah rumah induk. Di sampingnya ada 12 bangunan knock down,” kata Gus Zaim. Bangunan utama Gus Zaim ini adalah asal-muasal pesantren berdiri. Arsitekturnya bergaya Cina klasik abad ke-18. Tak banyak ornamen pada bangunan berbentuk persegi panjang itu, kecuali tepi-tepi atapnya yang runcing di kedua sisi dan menyerupai ekor naga.
Rumah itu ia beli pada 2001 dari seorang Cina Lasem bernama Go Ban San yang diturunkan ke anaknya, Go Teng Im. Gus Zaim membeli rumah itu dalam keadaan utuh dan mulai ditempati pada 2003. Rumah Cina ini telah berusia 138 tahun. Artinya, rumah telah dibangun sejak 1880.