TEMPO.CO, Banyuwangi - Banyuwangi mempunyai alam yang lengkap untuk dinikmati. Pantai, gunung, budaya hingga kuliner. Tak mengherankan kemudian daerah ini dipilih sebagai penyangga Bali untuk menyambut kedatangan peserta Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia pada Oktober 2018. Dan pesona daerah ini belum lama ini juga menarik novelis Fira Basuki. Dia pun langsung terinspirasi untuk membuat novel tentang Banyuwangi.
"Pagi tadi saya lihat-lihat alam Banyuwangi yang hijau, geliat kehidupan masyarakatnya, rasanya rugi kalau saya tidak menulis novel tentang daerah ini," ujarnya di kawasan Jiwa Jawa Resort, Licin, Banyuwangi, Jumat, 21 September 2018.
Suasana pagi di lembah Gunung Ijen, memang memiliki panorama yang mempesona. Bentangan sawah yang luas dengan model terasiring menjadi daya tarik tersendiri. Bahkan, dari ketinggian tertentu tidak hanya bisa menikmati kemegahan Gunung Ijen, namun juga birunya Selat Bali.
Fira Basuki. TEMPO/Ayu Ambong
Penulis novel tetralogi Jendela, Pintu dan Atap itu, menyesal tak berkunjung Banyuwangi sejak lama. Keindahan alam dan budayanya bisa menjadi alur cerita novel yang kaya. "Saya nyesel kok baru ini nyampe ke Banyuwangi yang keren ini," kata novelis kelahiran Surabaya itu.
Dari 33 karya tulis yang telah diterbitkan, Fira menyebutkan, banyak bercerita tentang sejarah dan deskripsi lingkungan yang detail. Karakter yang demikian, menurutnya, sangat cocok dengan Banyuwangi. "Saya suka menulis novel yang sarat sejarah dan diskripsi lingkungan. Banyuwangi menyediakan hal ini," ungkapnya.
Baca Juga:
Puncak Pagelaran Suroan di Banyuwangi Digelar Malam ini
Banyuwangi Jadi Tuan Rumah Indonesia Writers Festival
Kehadiran novelis yang baru saja meluncurkan satu novel baru berjudul Ma Chere Ville Lumiere itu, untuk berbagi dengan sejumlah penulis dari berbagai kota di Indonesia Writers Festival.
DAVID PRIYASIDARTA