Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Asyura, Makna Bentrokan di Balik Pesta Budaya Tabuik, Pariaman

Reporter

image-gnews
Pagelaran Tabuik, Pariaman, Sumatera Barat. wikipedia.org
Pagelaran Tabuik, Pariaman, Sumatera Barat. wikipedia.org
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat Pariaman, Sumatera Barat, menggelar pesta budaya Tabuik untuk memperingati Asyura di Kota Pariaman, Selasa, 18 September 2018. Pesta Tabuik dimaksudkan untuk memperingati gugurnya Imam Husein, cucu Nabi Muhammad SAW, oleh Raja Yazid Bin Muawiyah dalam Perang Karbala.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Pariaman Elfis Candra mengatakan Tabuik merupakan istilah untuk usungan jenazah yang dibawa selama prosesi upacara tersebut. “Kegiatan tersebut dilakukan untuk menarik para wisatawan dari berbagai daerah ke Kota Pariaman,” katanya.

Salah satu rangkaian dalam Tabuik adalah prosesi atau ritual Maarak Jari-Jari. Menurut Tuo (Tokoh) Tabuik Nagari Subarang Nasrun Jon, ritual tersebut sebagai pengumpamaan jasad cucu Nabi Muhammad SAW yang dibunuh secara keji. Dalam prosesi ini, para anak tabuik Pasa maupun Subarang membuat semacam duplikat jari-jari manusia yang ditempatkan di sebuah panja atau wajan.

Baca juga: Menyantap Nasi Sek di Pantai Gondariah, Pariaman

Kemudian duplikat jari-jari tersebut diarak di sekitar kawasan kota itu. Setelah itu, kedua kubu tabuik melanjutkan prosesi basalisiah atau pertemuan kedua belah pihak di Simpang Tabuik, Kecamatan Pariaman Tengah.

Sejumlah penari turut memeriahkan Pesta Budaya Tabuik Piaman, di lapangan Merdeka, Pariaman, Padang, Sumbar, 9 November 2014. Tempo/Aditia Noviansyah

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saat basalisiah, kedua kubu saling menyerang dan melemparkan gendang tasa sehingga terjadi bentrokan. "Basalisiah ini sudah menjadi tradisi sejak dulu. Memang ada bentrokan, namun masyarakat tidak pernah menyimpan dendam karena pesta budaya Tabuik hanya agenda pariwisata, bukan kriminal," ujar Nasrun. Setelah semua selesai, masyarakat tidak menyimpan dendam.

Ritual maarak jari-jari adalah lanjutan dari prosesi maradai yang dilakukan sehari sebelumnya. Prosesi ini berupa kegiatan meminta sumbangan kepada masyarakat. Ritual tersebut juga memiliki makna bahwa kegiatan pesta budaya Tabuik perlu melibatkan masyarakat luas. "Jadi dalam ritual maradai tersebut anak tabuik sama-sama meminta sumbangan karena biaya kegiatan itu cukup besar," ucap Nasrun.

Wakil Wali Kota Pariaman Genius Umar mengatakan pesta budaya Tabuik merupakan salah satu tulang punggung pariwisata daerah setempat. "Tabuik setiap tahunnya menyedot perhatian masyarakat dari berbagai daerah, bahkan wisatawan asing. Hal ini cukup berdampak pada perekonomian masyarakat," tuturnya.

ANTARA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tradisi 1 Muharram di Berbagai Daerah, Tabuik Hingga Kirab Kebo Bule

9 Agustus 2021

Sebuah tabuik dipertontonkan saat puncak Pesona Budaya Hoyak Tabuik sebelum dibuang ke laut di Pantai Pariaman, Sumatera Barat, 23 September 2018. Selanjutnya ada sejumlah prosesi lain menjelang 10 Muharram, yakni Maatam, Maradai, Maarak Panja/Jari-jari, Maarak Saroban, Tabuik Naiak Pangkek, dan Hoyak Tabuik, hingga dibuang ke laut. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Tradisi 1 Muharram di Berbagai Daerah, Tabuik Hingga Kirab Kebo Bule

1 Muharram atau Tahun Baru Islam tahun tak bisa dirayakan seperti tahun-tahun sebelumnya,


Pariaman juga Ingin Dikenal Sebagai Kota Matahari Terbenam

26 Januari 2021

Sejumlah wisatawan di Kota Pariaman, Sumbar sedang swafoto dengan latar pulau Angso Duo dan matahari terbenam. (Antarasumbar/Aadiaat M. S.)
Pariaman juga Ingin Dikenal Sebagai Kota Matahari Terbenam

Selama ini, Pariaman dikenal sebagai kota Tabuik yang diibaratkan sebagai baju kemeja putih lengan panjang yang merupakan jati diri kota tersebut.