TEMPO.CO, Banyuwangi - Masyarakat Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, rutin menggelar tradisi Keboan Aliyan saban tahun. Ritual adat ini merupakan bagian dari tradisi permohonan kepada Tuhan agar sawah masyarakat subur dan panen berlangsung sukses.
Tahun ini, ritual yang menandai kentalnya kultur agraris sejumlah desa di Banyuwangi ini digelar pada Ahad, 16 September 2018. Tradisi kebo-keboan di Banyuwangi berkembang di dua desa. Selain di Desa Aliyan Rogojampi, tradisi kebo-keboan juga ditemui di Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh.
Salah satu aspek menarik dari ritual yang berlangsung setiap bulan Suro—penanggalan Jawa—ini adalah sejumlah petani akan kerasukan roh gaib dan bertingkah layaknya kebo (kerbau).
Ritual keboan ini diawali dengan kenduri desa yang digelar sehari sebelumnya. Warga bergotong royong menyiapkan tradisi ini. Mereka bahu-membahu menyiapkan ragam kebutuhan untuk ritual hingga membangun gapura dari janur, yang digantungi hasil bumi di sepanjang jalan desa sebagai perlambang kesuburan dan kesejahteraan.
Esok paginya, warga menggelar selamatan di empat penjuru desa (ider bumi). Bersamaan dengan itu, sejumlah petani yang telah kerasukan siap menjalani ritual keboan. Mereka berjalan layaknya kerbau yang sedang membajak sawah. Mereka juga berkubang, bergumul di lumpur, dan bergulung-gulung di sepanjang jalan yang dilewati. Saat berjalan pun di pundak mereka terpasang peralatan membajak.
Para petani yang menjadi "kerbau" lalu berkeliling desa mengikuti empat penjuru mata angin. Saat berkeliling desa inilah para "kerbau" itu melakukan ritual layaknya siklus bercocok tanam, mulai membajak sawah, mengairi, hingga menabur benih padi.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan tradisi Keboan Aliyan merupakan salah satu kekayaan budaya asli warga lokal. Pemerintah daerah mengangkat tradisi ini sebagai bagian dari Banyuwangi Festival sebagai bentuk apresiasi kepada warga yang terus menjaga warisan para leluhur.
“Banyuwangi boleh maju, tapi tradisi dan budaya yang ada di tengah masyarakat tidak akan kita tinggalkan. Tradisi ini tidak hanya sekadar sebuah ritual rutin, tapi juga sebagai salah satu wajah Banyuwangi yang ingin kita tampilkan, yakni semangat guyub dan gotong royong,” kata Anas saat menghadiri Keboan Aliyan.
Seperti biasanya, acara ini menarik minat pelancong untuk menyaksikannya. Salah satunya Yudha Prasetya, 37 tahun, wisatawan asal Surabaya. Ia mengaku penasaran dengan ritual adat Keboan Aliyan dan ingin menyaksikan secara lengkap. "Semua ini disiapkan warga desa, salut pokoknya," ujarnya.
DAVID PRIYASIDHARTA (Banyuwangi)