TEMPO.CO, Semarang - Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah Sarwa Pramana memerintahkan jajarannya menggunakan jasa pawang huKebakaranjan untuk memadamkan kebakaran di lereng Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.
"Saya perintahkan kepada kalakhar (kepala pelaksana harian, red) BPBD di Temanggung, Wonosobo, dan Magelang untuk mencoba gunakan kearifan lokal dengan menghadirkan pawang hujan," kata Sarwa di Semarang, Rabu, 12/9.
Sarwa mengaku pernah membawa seorang pawang hujan dari Jateng untuk membantu pemadaman kebakaran lahan di Riau beberapa waktu lalu. Usaha itu dinilai cukup berhasil. "Mudah-mudahan di Temanggung, Wonosobo, dan Magelang semua bergerak untuk meminta bantuan pawang hujan."
Kasi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Bencana, BPBD Kabupaten Temanggung, Edi Muryanto menyebutkan kebakaran di Gunung Sindoro terjadi sejak Jumat, 7/9, meliputi lahan seluas 245,1 hektare. Adapun kebakaran di Gunung Sumbing terjadi sejak Senin, 10/9, petang, dan kini telah melahap sekitar 239 hektare alang-alang di petak 20-1.
Meluasnya kebakaran di dua gunung tersebut disebabkan beberapa faktor, antara lain keringnya vegetasi padang ilalang serta kencangnya hembusan angin. "Kalau pemicunya, kami memprediksi bisa karena alam atau ulah manusia. " katanya.Keindahan alam Telaga Menjer dengan latar belakang Gunung Sindoro yang ada di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, 17 Juni 2015. Pemerintah Kabupaten Wonosobo terus mengembangkan tujuan wisata baru dengan menyiapkan wisata sunrise 5 gunung dari Bukit Seroja. TEMPO/Budi Purwanto
Pelaksana Tugas Kepala BPBD Kabupaten Temanggung Gito Walngadi di Temanggung sudah mengusulkan agar pemadaman dilakukan menggunakan helikopter pembom air. "Kami memang sudah mengusulkan pemadaman menggunakan helikopter water bombing," kata dia, di Temanggung, Rabu.
Gito mengatakan saat ini upaya pemadan dilakukan secara manual oleh tim gabungan dari berbagai unsur, antara lain TNI, Polri, BPBD, Tim SAR, relawan, dan Perhutani. Pada Rabu, misalnya, diterjunkan 150 personel, yakni 50 orang beroperasi di Gunung Sindoro dan 100 orang di Gunung Sumbing.
Upaya yang dilakukan adalah melakukan penyekatan supaya api tidak menjalar ke permukiman. "Permukiman masih aman karena titik api terakhir yang di Sumbing berada sekitar lima kilometer dan yang di Sindoro 4,5 kilometer. Api kini bergerak ke arah selatan," kata Gito.
Ia mengatakan petugas mengkhawatirkan kondisi alat pemantau gunung berapi di Sindoro. Petugas terus mengupayakan agar api tak sampai menjangkau alat tersebut.
Sarwa berpendapat penggunaan helikopter water bombing tidak mungkin dilakukan karena di lokasi sekitar tidak ada kanal untuk mengambil air. “Dan lokasi yang terbakar sangat terjal sehingga berbahaya untuk dilalui pesawat," katanya.
ANTARA