Pria yang kesehariannya juga menjabat sebagai Bendahara Paguyuban Abdi Dalem Keraton Yogya itu menuturkan dalam laku Mubeng Beteng ini peserta diminta berbicara dengan dirinya sendiri dalam bentuk perenungan dalam hati. Tujuannya agar bisa mengalahkan hal hal yang bersifat negatif dalam dirinya dan merangkum yang positif untuk melangkah selanjutnya di kemudian hari.
Salah seorang warga yang akan mengikuti prosesi Mubeng Beteng, Heri Kusasih,35, asal Kabupaten Bantul Yogyakarta mengatakan sengaja datang jauh lebih awal demi bisa mengikuti prosesi itu lebih dekat dan khusyuk. "Kalau datang pas dekat-dekat tengah malam sudah membludak," ujarnya.
Menurut Heri, ritual Mubeng Beteng merupakan kepercayaan dari para orang tua terdahulu dan sampai sekarang masih dipegang teguh masyarakat Yogya. "Katanya orang tua dulu kalau berdoa pas mengikuti mubeng beteng nanti Insya Allah doa terkabulkan," ujarnya
Seorang abdi dalem Keraton Yogya, Triatmoko menuturkan, prosesi Mubeng Beteng ini posisinya penting bagi para abdi dalem. Mengikuti prosesi ini artinya juga sebagai bentuk dukungan untuk Keraton Yogya dalam menjaga tradisi.
Perayaan Sura Keraton Yogya menganut kalender Sultan Agungan atau Dal. Perhitungannya setiap delapan tahun sekali. Dengan menganut hitungan itulah, maka perayaan malam Suro keraton jatuhnya pada Selasa 11 September 2018, bukan Senin 10 September seperti kalender umumnya.
Adapun acara mubeng beteng di masa silam semacam ronda malam menjaga keraton. Namun dengan perkembangannya tradisi ronda para abdi dalem ini kemudian menjadi sarana untuk refleksi diri.
PRIBADI WICAKSONO (Yogyakarta)