TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan masyarakat Yogya dan dari daerah lain memadati komplek Keben Keraton Yogyakarta mengikuti ritual mubeng beteng tapa bisu atau berjalan diam mengelilingi beteng Keraton Yogya, sejak Selasa petang, 11/9. Kegiatan itu dilakukan untuk menyambut datangnya Tahun Baru Jawa 1 Sura (malam satu sura).
Lalu selepas pukul 00.00 WIB, ribuan orang itu serentak menghambur keluar dari Keben Keraton dan berjalan kaki tanpa alas mengelilingi beteng terluar Keraton Yogya berlawanan dengan arah jarum jam. Ritual pada Malam Satu Sura ini memang tak hanya diikuti para abdi dalem Keraton saja selaku pihak yang punya gawe.
Baca Juga:
Di barisan tengah iring-iringan yang dijaga puluhan personil kepolisian itu terdapat pula sejumlah tuna netra yang didampingi untuk ikut berjalan. Lalu ada warga negara asing dan juga beberapa pemain kayu egrang yang ikut laku bisu. Para peserta itu mengelilingi benteng Keraton yang panjangnya kurang lebih 5 kilometer pada malam satu sura ini.
Mereka melintasi jalan yang mengelilingi Keraton seperti Jalan Kauman, Jalan Agus Salim, Jalan Wahid Hasyim, hingga Pojok Beteng Kulon, Jalan Mayjen M.T. Haryono sampai Pojok Benteng Wetan, Jalan Brigjen Katamso, Jalan Ibu Ruswo, Alun-Alun Utara, dan berakhir di Keben Keraton.
"Arahnya Mubeng Beteng ke kiri itu jadi simbol seperti dalam bahasa Jawa, kiri itu ngiwo, laku ke ke kiri artinya ngiwakke (mengesampingkan) hal-hal yang negatif, jadi ritual ini wujud prihatin, introspeksi kepada diri," ujar Panitia Mubeng Beteng atau Carik Tepas Ndoro Puro Keraton Yogyakarta Kanjeng Raden Tumenggung Wijoyo Pamungkas.