TEMPO.CO, Banda Aceh - Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) menilai, turis dari Malaysia lebih cocok dengan budaya di Provinsi Aceh. "Budaya ke-Islaman di Aceh sesuai dengan budaya mereka, dan sama-sama bangsa Melayu," kata Sekretaris ASITA Aceh, Totok Julianto di Banda Aceh, Rabu, 5/9.
Ia mengatakan, Aceh yang terletak paling ujung barat pulau Sumatera tersebut merupakan pintu masuk penyebaran Islam di Indonesia pada abad ke-17. Hingga kini dalam keseharian warga Aceh menjunjung tinggi nilai-nilai agama Islam.
Badan Pusat Statistik setempat mencatat dalam 7 bulan terakhir, wisatawan mancanegara (wisman) Malaysia mendominasi kunjungan ke Aceh. Dari total wisman 19.796 orang, turis asal Malaysia berjumlah 15.843.Sejumlah wisatawan bersiap melakukan penyelaman (diving) di perairan wisata bahari pantai Iboih, Sabang, Provinsi Aceh, 23 Desember 2016. ANTARA/Rahmad
Selain karena faktor budaya, menurut Totok secara demografi kedua wilayah berdekatan. “Sehingga lebih terjangkau harga tiket dan harga tour-nya.".
Ia tidak sepakat bahwa turis negeri jiran tersebut hanya ingin mengunjungi daerah Aceh yang pernah terkena bencana gempa dan tsunami 13 tahun silam.
Gubernur Aceh Irwandi Yusuf sebelumnya menyatakan meningkatnya angka wisman Malaysia itu karena Aceh ditopang oleh 808 lokasi wisata. Rinciannya, 426 lokasi merupakan kawasan wisata alam, 268 wisata budaya, dan 114 wisata minat khusus. "Sarana dan prasarana semua kawasan wisata akan terus ditingkatkan, agar tamu nyaman berkunjung. “
ANTARA