TEMPO.CO, SOLO - Railbus Batara Kresna sejatinya dioperasikan sebagai kereta api perintis untuk melayani penumpang dari Solo menuju Wonogiri dan sebaliknya. Namun, kereta api ringan itu justru lebih digandrungi oleh para wisatawan.
Pemandangan yang bisa dinikmati dari dalam railbus ini memang bervariatif. Sepanjang sekitar lima kilometer, penumpang bisa menikmati wajah Kota Solo dari atas rel yang sejajar dengan Jalan Slamet Riyadi, jalan protokol di kota itu.
Selanjutnya, dari Solo menuju Wonogiri, penumpang bisa menikmati pemandangan khas perdesaan. Termasuk, Bengawan Solo yang berkelok bisa terlihat saat railbus ini melintas di atas jembatan.
Jumlah penumpang kereta ini memang terus meningkat. Selama 2017, jumlah penumpang hanya 79 ribu orang. "Sedangkan di pertengahan 2018 ini saja jumlah penumpang telah mencapai 59 ribu orang," kata juru bicara PT Kereta Api Daerah Operasi VI Yogyakarta Eko Budiyanto, Selasa 28 Agustus 2018.
Baca Juga:
Jangan Sampai Terlewat, 3 Kuliner Tradisional di Pasar Gede Solo
Di Kafe Ini, Selain Ngopi Bisa Pula Melihat Proses Pembuatan Kopi Luwak
Rata-rata, kereta ringan itu mengangkut 254 penumpang tiap hari. Dia menyebut sebagian besar penumpang adalah wisatawan. "Termasuk siswa sekolah yang mengadakan outing class sebagai wahana edukasi," katanya.
Selain pemandangan yang variatif, harga tiket yang murah juga menjadi daya tarik. "Harga tiket hanya Rp 4.000 per penumpang," katanya. Sebagai kereta perintis, armada tersebut memang mendapat subsidi dari pemerintah.
Jalur Solo-Wonogiri sejauh 37 kilometer itu ditempuh dalam waktu hampir dua jam. Sebab, kecepatan maksimal railbus hanya mencapai 30 kilometer per jam. "Bahkan saat melintas di Jalan Slamet Riyadi hanya berjalan 20 kilometer per jam," kata Eko.
Secara teknis, sebenarnya railbus itu mampu dilarikan hingga kecepatan 100 kilometer per jam. Namun, tingkat kesadaran lalu lintas yang masih rendah di sekitar rel kereta membuat masinis memilih membatasi kecepatannya.
AHMAD RAFIQ