TEMPO.CO, Jakarta - Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menjanjikan perhelatan karnaval tahunan atau Banyuwangi Etno Carnival (BEC) 2018 akan tampil lebih atraktif dibandingkan tahun sebelumnya. "Konsepnya baru, tema busananya lebih beragam, dan konsep panggungnya berbeda," kata Anas di Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu, 26/7.
Banyuwangi akan kembali menggelar karnaval fashion etnik BEC pada Minggu, 29 Juli 2018. Karnaval etnik yang digelar tiap tahun sejak 2011 ini telah ditetapkan sebagai Top 10 Calendar of Event 2018 oleh Kementrian Pariwisata.
Azwar Anas mengatakan BEC adalah salah satu atraksi wisata budaya daerah yang dibalut dalam kemegahan karnaval modern. Tahun ini, BEC mengangkat tema Puter Kayun, yakni tradisi para leluhur warga Boyolangu, Banyuwangi, yang menaiki delman hias menuju Pantai Watu Dodol untuk menggelar selamatan pada hari kesepuluh bulan Syawal.
Konsep BEC tahun ini lahir dari kolaborasi para pelaku seni Banyuwangi dengan akademisi seni dari Institut Seni Indonesia Solo . Ikut terlibat pula koreografer tari ternama Eko Supriyanto.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemkab Banyuwangi MY Bramuda mengatakan, tema besar Puter Kayun akan dipecah menjadi 10 subtema yang dituangkan dalam 120 busana etnik. "Ini untuk memberikan suasana baru bagi penonton.”
Dalam BEC nantinya selain panggung utama akan disediakan 10 panggung tematik, menyesuaikan subtema BEC. Ke-10 subtema tersebut adalah Kupat Lepet, Tapekong, Oncor-oncoran, Keris, Buyut Jakso, dan Gedogan. Ada juga sub tema jaran (kuda), dongkar (delman), ejeg (kusir), dan segoro (pantai) watu dodol.
"Bagian-bagian dari tradisi Puter Kayun diangkat jadi subtema yang dituangkan dalam tema busana. Mulai dari makanan khas, hiburan, aksesoris pelengkapnya, tokohnya, dokar, hingga Pantai Watu Dodolnya," ujar Bramuda.
BEC juga dipastikan makin seru dengan penampilan 100 penari gandrung, sendra tari, dan puluhan musisi Banyuwangi yang terkenal dengan lagu berbahasa Osing.
ANTARA