Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Seni Membatik Sebatang Rokok dengan Ampas Kopi Lelet di Lasem

image-gnews
Seorang wisatawan mencoba membatik rokok dengan ampas kopi di warung kopi Jeng Hai, Dusun Karangturi, Lasem, Jawa Tengah, 18 Juli 2018. Tempo/Francisca Christy Rosana
Seorang wisatawan mencoba membatik rokok dengan ampas kopi di warung kopi Jeng Hai, Dusun Karangturi, Lasem, Jawa Tengah, 18 Juli 2018. Tempo/Francisca Christy Rosana
Iklan

TEMPO.CO, Rembang - Seni membatik pada sebatang rokok telah menjadi kebiasaan yang hidup sejak tempo dulu di Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Budayawan sekaligus orang yang dituakan di Lasem, Sie Hwie Djan alias Opa Gandor, mengatakan kultur rokok batik tersebut tak terdeteksi sejak kapan bermulanya.

"Zaman dulu itu orang enggak punya banyak uang untuk beli rokok. Cara menghematnya ya dilelet pakai ampas kopi supaya tahan lama," kata Opa Gandor saat ditemui Tempo di warung kopi Jeng Hai, Dusun Karangturi, Lasem, Jawa Tengah, Selasa, 17 Juli 2018.

Baca juga: Cara Murah dan Nyaman Traveling ke Lasem Hanya Rp 200 ribuan

Kebiasaan ini mulanya dilakukan oleh para sopir truk serta bus yang menempuh jalur Semarang-Surabaya dan sebaliknya. Hampir di seluruh jalur pantura kultur mengolesi rokok dengan ampas kopi itu dapat dijumpai. Namun mereka umumnya tak membentuk pola batik.

Lantaran di Lasem banyak pembatik dan telah terkenal dengan darah seni membatiknya, ampas kopi yang dioleskan di rokok itu pun berbentuk pola-pola yamg indah mirip batik. Macam-macam bentuk polanya. Ada yang gabungan titik-titik berbentuk bunga, ada pula yang bermain dengan yang motif garis dan lengkungan.Rokok batik khas Lasem di warung kopi Jang Hai, dusun Karangturi, Lasem, Jawa Tengah, 17 Juli 20198. Tempo/Francisca Christy Rosana

Tradisi ini terbawa sampai kini. Selama empat hari menyambangi warung-warung kopi di Lasem pada 15-18 Juli, hampir setiap pengunjungnya melakukan aktivitas membatik rokok. Umumnya yang tampak fasih membatik adalah opa-opa berusia 70-80 tahun.

Mereka memiliki jam-jam tertentu untuk menyambangi warung sambil membatik rokok. Biasanya pagi-pagi benar pukul 04.3, lalu siang pukul 13.00, dan sore pukul 16.00.

Pemilik warung kopi Jeng Hai, yakni Hai atau yang akrab disapa Om Hai, mengajari cara membatik di atas sepuntung rokok. Mula-mula, kopi tubruk yang telah diseduh dihabiskan lebih dulu airnya. Lantas ampas rokok yang tersisa dituangkan ke piring kecil.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ampas tersebut harus dikeringkan menggunakan tisu supaya airnya terserap. Caranya, tisu ditekan-tekan di atas permukaan ampas. Lalu ampas dicampur dengan susu kental manis setelah bubuk kopi kering. Susu kental manis berfungsi sebagai lem atau perekat.

Lantas, mulailah proses membatik dengan medium tusuk gigi. Om Hai telah menyediakan perlengkapan membatik rokok, mulai tusuk gigi sampai susu kental manis.

Kopi yang dipakai untuk membatik bukan sembarang kopi. Kopi ini khas Lasem. Teksturnya lembut seperti bedak tabur. Kata Hai, kopi Lasem digiling sampai tujuh kali supaya benar-benar menghasilkan tekstur yang diinginkan.Seorang warga Lasem usai membatik rokok di warung kopi Jang Hai, Dusun Karangturi, Lasem, Jawa Tengah, 17 Juli 2018. Tempo/Francisca Christy Rosana

Warga setempat biasa membeli biji kopi mentah di pasar atau yang masih berbentuk green bean. Lalu kopi itu dimasak manual sampai hitam pekat. Kemudian digiling di tempat khusus penggilingan kopi. Mereka menyebut kopi Lasem sebagai kopi lelet.

"Karena kebiasaan ampasnya akan dileletin ke rokok nantinya, jadi namanya kopi lelet," kata Opa Gandor.

Sementara itu, hasil rokok yang telah dibatik dengan kopi lelet diklaim istimewa. Aromanya wangi kopi dan rasanya lebih manis karena susu kental manis.

Kopi lelet beserta rokok batiknya bak pusaka lain yang dimiliki Lasem selain batik tulis. Kebudayaan itu terus hidup, dilakukan oleh hampir semua usia, dan menjadi salah satu peranti pemersatu. "Karena orang dari mana saja, latar belakang apa saja, etnis apa saja, akan membatik bareng di warung kopi," ucap Opa Gandor.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Museum Islam Nusantara Lasem Diresmikan, Simpan Artefak hingga Manuskrip Bersejarah

16 September 2023

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno meresmikan Museum Islam Nusantara Lasem di Rembang, Jawa Tengah, Sabtu, 16 September 2023 (Instagram/@sandiuno)
Museum Islam Nusantara Lasem Diresmikan, Simpan Artefak hingga Manuskrip Bersejarah

Museum Islam Nusantara menyimpan koleksi artefak, naskah, manuskrip, serta narasi tokoh-tokoh Islam.


Festival Cheng Beng, Tradisi Unik Masyarakat Tionghoa setelah Cap Go Meh

24 Januari 2023

Petugas meletakkan bunga mawar di atas kuburan di komplek pemakaman Yuhanshan di Jinan, Provinsi Shandong, Cina, 2 April 2020. Perayaan Cheng Beng atau Festival Qingming merupakan ritual tahunan etnis Tionghoa untuk bersembahyang dan ziarah kubur.  Xinhua/Wang Kai
Festival Cheng Beng, Tradisi Unik Masyarakat Tionghoa setelah Cap Go Meh

Tiga bulan setelah Cap Go Meh, masyarakat Tionghoa menggelar Cheng Beng untuk mengenang leluhur mereka.


Museum Nyah Lasem, Menilik Rumah Saudagar Batik Lasem Soe San Tio

6 Desember 2021

Museum Nyah Lasem di Rembang, Jawa Tengah. Foto: Antaranews
Museum Nyah Lasem, Menilik Rumah Saudagar Batik Lasem Soe San Tio

Pada masa lalu, Lasem dikenal sebagai Tiongkok Kecil. Banyak saudagar batik yang tinggal di sana.


Pasar Rakyat Lasem Dibuka, Cara Belanja Batik Lasem dari Rumah

13 Mei 2020

Para pembatik di kampung Batik di Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang. TEMPO/Francisca Christy Rosana
Pasar Rakyat Lasem Dibuka, Cara Belanja Batik Lasem dari Rumah

Ruang niaga Pasar Rakyat Lasem itu bisa diakses melalui situs kesengsemlasem.com.


Menginap di Rumah Kuno Berarsitektur Persia di Lasem

23 September 2019

Rumah Ijo salah satu rumah berarsitektur Persia di Lasem. TEMPO/Francisca Christy Rosana
Menginap di Rumah Kuno Berarsitektur Persia di Lasem

Lasem telah ada jauh sebelum Semarang menjadi bandar utama di utara Jawa. Kota ini memiliki gedung-gedung tua, salah satunya berarsitektur Persia.


Belajar Toleransi di Pesantren Berarsitektur Cina di Lasem

28 September 2018

Pos ronda di depan Pondok Pesantren Kauman, Lasem, Jawa Tengah. TEMPO/Francisca Christy Rosana
Belajar Toleransi di Pesantren Berarsitektur Cina di Lasem

Pesantren Kauman di Lasem, Jawa Tengah, memiliki bangunan unik. Rumah induknya ialah bangunan Cina kuno dan ornamennya pun sarat peranakan.


Kedai Jeng Hai Lasem, Favorit Traveler dan Warga Beragam Kalangan

13 Agustus 2018

Penampakan warung kopi Jeng Hai Lasem di Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Tempo/Francisca Christy Rosana
Kedai Jeng Hai Lasem, Favorit Traveler dan Warga Beragam Kalangan

Kedai sederhana di Lasem ini menjadi tempat ngopi kegemaran warga semua lapisan, dan pelancong. Ini kesitimewannya.


Menengok Rumah Opium dan Sejarah Bisnis Candu Lasem Masa Lalu

2 Agustus 2018

Suasana rumah opium di Lasem, Jawa Tengah, yang menjadi pusat penggelapan Candu zaman dulu. Tempo/Francisca Christy Rosana
Menengok Rumah Opium dan Sejarah Bisnis Candu Lasem Masa Lalu

Gedung Lawang Ombo di Jalan Sunan Bonang, Lasem, Jawa Tengah, adalah saksi sejarah perdagangan candu masa silam.


Rumah Oei, Bangunan Cina Kuno Berusia 200 Tahun di Lasem

30 Juli 2018

Seorang pengunjung di Rumah Oei, Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Tempo/Francisca Christy Rosana
Rumah Oei, Bangunan Cina Kuno Berusia 200 Tahun di Lasem

Rumah Oei merupakan rumah yang pusat seni, budaya, dan kuliner di Lasem. Sejak 2016 kini telah dibuka kembali setelah vakum 70 tahun.


Sepiring Lontong Tuyuhan dan Sisi Lain Pecinan Lasem

29 Juli 2018

Sepiring lontong Tuyuhan yang berasal dari Desa Tuyuhan di Kabupaten Rembang. Satu porsi dibanderol Rp 12 ribu. Tempo/Francisca Christy Rosana
Sepiring Lontong Tuyuhan dan Sisi Lain Pecinan Lasem

Memburu kuliner lontong tuyuhan adalah keharusan bila sedang di Lasem, sebuah kota pecinan kuno di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.