Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kuliner Legendaris Pisang Plenet, 66 Tahun Berkiprah di Semarang

image-gnews
Hidanga pisang plenet khas Semarang di Jalan Pemuda, Semarang
Hidanga pisang plenet khas Semarang di Jalan Pemuda, Semarang
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pisang plenet menjadi salah satu pilihan cemilan santai selain lunpia bila Anda sedang berlibur ke Semarang, Jawa Tengah. Jajanan khas ini telah 66 tahun ikut meramaikan dunia kuliner kaki lima di kota atlas itu.

Sebelum aneka ragam masakan kekinian berbahan baku pisang diciptakan, pisang plenet lebih dulu eksis. Pembuatnya pertama kali adalah Javar, yang kini diteruskan oleh anaknya, Toerdi, 82 tahun, dan cucunya Triyono, 54 tahun. Javar mempopulerkan pisang plenet pada 1952.

Baca juga: Nasi Pindang Kudus, Pilihan Kuliner Klangenan di Semarang

Tempo menjajal racikan penganan era Soekarno yang diklaim pertama di Indonesia itu pada Kamis, 19 Juli 2018, bersama tim Mal Ciputra. Di tepi Jalan Pemuda, tepatnya di kompleks rumah toko bekas Toko Hien, gerobak pisang plenet milik keluarga Toerdi nangkring.

Ini bukan satu-satunya lapak pisang plenet. Keluarga Toerdi juga membukanya di kompleks Pasar Semawis dan Jalan Gajah Mada.

Saat itu sudah menjelang sore pukul 15.00. Generasi ketiga pemegang tampuk usaha, Triyono, sedang asyik memasak dibantu anak perempuannya dan sang ayah, Toerdi.

Triyono bertugas memelenet pisang, sedangkan anaknya kebagian tugas membakar. Sementara itu, Toerdi membuka gerobak sendiri di sebelahnya. Gerobak Toerdi lebih klasik, terbuka, dan tanpa kaca etalase.

Seperti namanya, pisang plenet adalah pisang yang dipelenet alias dipipihkan. Alat pemipihnya menggunakan akrilik. Setelah dipipihkan, pisang-pisang itu dibakar. Lantas diberi beraneka ragam rasa, seperti selai nanas, cokelat, gula halus, dan mentega.

Konon, pisang tersebut tercipta akibat rasa bosan Javar terhadap penganan tradisional yang itu-itu saja, misalnya pisang goreng, tahu, tempe, singkong, dan umbi-umbian. Menurut Toerdi, lalu diciptakanlah pisang plenet dari hasil coba-coba. Pisang ini termasuk modern pada masanya. Namun dijajakan dengan cara klasik, yakni dijual berkeliling menggunakan pikulan.

Saat itu pembakarannya menggunakan tungku alias anglo tanah liat. Apinya berasal dari arang. Sekarang sudah lebih modern meski tetap menggunakan bahan bakar yang sama.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada awal beredarnya dulu, pisang plenet hanya memiliki rasa selai nanas, mentega, dan gula. Lantas rasa-rasa anyar muncul beberapa tahun setelahnya.

Pisang yang digunakan sejak tempo dulu hingga kini sama, yakni pisang kepok. Pisang kepok cocok dimasak dengan cara dibakar atau digoreng. Sebab teksturnya tidak lembek. Orang Jawa menyebutnya mengkel atau sedikit keras.Toerdi, generasi kedua penjual pisang plenet di Jalan Pemuda, Semarang

Pisang plenet mulai memiliki lapak tetap pada 1962 hingga 1963 di depan Toko Hien, Jalan Pemuda. Juga di Semawis, kompleks kuliner Semarang.

Rasa pisang plenet dipertahankan konsisten dari era ke era. Maka itu, generasi terakhir pemegang tampuk usaha pisang akan mengajarkan cara memasak dan membagikan resep turun-temurun ke generasi selanjutnya.

Selain rasa, atribut pelengkap yang menggambarkan identitas legenda pisang plenet tak dihilangkan. Misalnya pemasangan lampu petromax di gerobak pisang.

Sejumlah tokoh, baik artis dan pejabat, kata Triyono, pernah mampir ke lapaknya. Namun ia tak mengingat nama para pesohor yang pernah singgah itu. "Wisatawan dari luar negeri juga banyak yang ke sini," ujar Triyono.

Bila ingin menjajal rasa pisang yang khas dan selalu dirindukan warga Semarang itu, Anda bisa berkunjung mulai pukul 10.00 hingga 22.00. Triyono dan Toerdi akan bergantian memasak pisang itu di Jalan Pemuda. Sedangkan di cabang lainnya bakal dimasak oleh keluarga mereka yang lain.

Adapun harga per porsi dibanderol Rp 10 ribu. Anda bisa meminta tambahan topping meses atau keju.

FRANCISCA CHRISTY ROSANA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Rekomendasi 5 Drama Korea Tentang Kuliner

3 hari lalu

Gochujang menjadi makanan pelengkap wajib dan seringkali jadi pusat
Rekomendasi 5 Drama Korea Tentang Kuliner

Ada juga Drama Korea tentang kuliner. Ini rekomendasinya


5 Alasan Wajib Mengunjungi Pasar Malam di Bangkok

8 hari lalu

Pasar malam Thailand. Unsplash.com/Tuva Mathilde Lland
5 Alasan Wajib Mengunjungi Pasar Malam di Bangkok

Pasar malam menjadi bagian penting kota Bangkok, tempat di mana warga dan wisatawan dapat makan, berbelanja, dan menyelami budaya lokal


7 Kuliner Populer yang Digemari Gen Z

10 hari lalu

Croffle Vla Mozzarella/Foto: Greenfields
7 Kuliner Populer yang Digemari Gen Z

Dari manis hingga pedas, Gen Z paling gemar mengonsumsi ini.


Dari Mana Modal Kaesang hingga Mampu ke AS dengan Menggunakan Jet Pribadi?

14 hari lalu

Putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep (kanan) bersama istrinya Erina Gudono (kiri) menaiki kereta kencana usai prosesi akad nikah di Royal Ambarrukmo, Sleman, DI Yogyakarta, Sabtu 10 Desember 2022. Kaesang dan Erina melangsungkan pernikahan dengan adat Yogyakarta. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Dari Mana Modal Kaesang hingga Mampu ke AS dengan Menggunakan Jet Pribadi?

Nama Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep masih menjadi sorotan masyarakat.


Fakta tentang Lobster Roll, Roti Viral Erina Gudono yang Harganya Rp400 Ribu

20 hari lalu

Lobster Roll dari Broad Street Oyster (broadstreetoyster.com)
Fakta tentang Lobster Roll, Roti Viral Erina Gudono yang Harganya Rp400 Ribu

Unggahan roti ini membuat Erina Gudono dinilai tone deaf alias tidak peka terhadap situasi yang terjadi saat ini.


Selandia Baru Menawarkan Pengalaman Bersantap di Bawah Gemerlap Bintang

24 hari lalu

Milford Sound Overnight Cruise. (dok. Tourism New Zealand, foto: RealNZ)
Selandia Baru Menawarkan Pengalaman Bersantap di Bawah Gemerlap Bintang

Aktivitas ini sebagai strategi baru Tourism New Zealand untuk meningkatkan kunjungan ke Selandia Baru sepanjang tahun


Alasan Festival Kuliner Tak Pernah Sepi Pengunjung

24 hari lalu

Ilustrasi bisnis kuliner. Pixabay
Alasan Festival Kuliner Tak Pernah Sepi Pengunjung

Beberapa kali penyelenggaraan festival kuliner tidak pernah gagal dan selalu dipadati pengunjung. Apa saja yang menjadi daya tarik?


Festival Kuliner Dua Generasi di Pura Mangkunegaran: Padukan Keindahan Budaya dan Kenikmatan Kuliner

24 hari lalu

Festival Kuliner Dua Generasi digelar di Pura Mangkunegaran Solo, Jawa Tengah, mulai Sabtu, 17 Agustus 2024. Acara ini berlangsung hingga Minggu, 18 Agustus 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Festival Kuliner Dua Generasi di Pura Mangkunegaran: Padukan Keindahan Budaya dan Kenikmatan Kuliner

Suasana Pamedan Pura Mangkunegaran Solo semarak dengan gelaran Festival Kuliner Dua Generasi yang dibuka mulai Sabtu, 17 Agustus


PergiKuliner Festival Nusantara Pertama di Depok: Sajikan Kelezatan Kuliner dalam Semangat Kemerdekaan

24 hari lalu

pergikuliner Festival Nusantara
PergiKuliner Festival Nusantara Pertama di Depok: Sajikan Kelezatan Kuliner dalam Semangat Kemerdekaan

PergiKuliner Festival Nusantara memulai debut pertama mereka di Depok.


3 Event Baru yang Digelar saat Sentosa Night Mode

29 hari lalu

WATERBOMB Singapre. (dok. WATERBOMB Singapura.
3 Event Baru yang Digelar saat Sentosa Night Mode

Sentosa Night Mode juga akan memperkenalkan tiga acara baru dan yang sangat dinanti-nantika