Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Di Pasar Wae Kesambi, Cara Singkat Mengenal Kehidupan Labuan Bajo

image-gnews
Suasana di Pasar Wae Kesambi, Labuan Bajo, Flores, NTT, Januari, 2018. Tempo/Francisca Christy Rosana
Suasana di Pasar Wae Kesambi, Labuan Bajo, Flores, NTT, Januari, 2018. Tempo/Francisca Christy Rosana
Iklan

TEMPO.CO, Labuan Bajo - Saat kunjungan ketiga kalinya ke Labuan Bajo, Flores, Nusa Tenggara Timur, Januari 2018, salah satu yang saya kunjungi adalah Pasar Wae Kesambi. Seorang pemilik kapal bernama Lulang membisiki saya bahwa pasar itu layak disambangi, "Jika ingin mengenal kehdupan asli Labuan Bajo," kata dia.

Saya dan Lulang belum pernah bertemu sebelumnya. Namun ia menjadi kawan baik saya selama di kota ujung barat Pulau Flores itu. Seseorang di kapal feri yang saya tunggangi dari Bima menuju Labuan Bajo-lah yang mengenalkan saya pada Lulang.

Lulang berasal dari Bugis. Keluarganya tinggal di Pulau Kukusan. Mereka berprofesi sebagai nelayan. Sedangkan Lulang baru-baru ini menjadi penyewa sailing boat.

Maka, sagi-pagi benar, pada hari ketiga, saya berkendara ke Pasar Wae Kesambi. Tak sulit menemukan pasar itu. Letaknya di jalan protokol, dekat dengan tempat wisata Gua Batu Cermin dan kantor Polres Manggarai Barat.

Dari Kampung Ujung, tempat menginapnya para backpacker, saya menempuh waktu lebih-kurang 15 menit sampai ke pasar itu. Di sepanjang jalan, saya melihat wajah-wajah yang lain.

Berbeda dengan di kawasan pesisir, di perjalanan hingga tiba di pintu gerbang pasar, saya menemui banyak orang dengan karakter wajah khas timur. Alis-alis mereka lebih tebal daripada orang yang saya temui di pesisir. Mereka tersenyum setiap kali berpapasan mata dengan saya.

Saya pernah mendengar, Flores memiliki julukan sebagai pulau seribu senyum. Di sinilah saya menjumpainya, di Pasar Wae Kesambi.

Kala itu saya datang pukul 06.00. Namun pasar masih sepi. Hanya ada beberapa pedagang menata sayurannya. Seorang mama berusia lebih-kurang 50 tahun memberi tahu bahwa derik aktivitas jual-beli baru mulai pukul 07.30.

Mereka, kata mama itu, lebih dulu ibadah sebelum berkegiatan di pasar. Atau juga memberi makan hewan ternak. Memang, sepanjang perjalanan tadi, saya menyaksikan orang-orang berbaris rapi jalan kaki menuju gereja. Ada beberapa gereja Katolik di sisi atas Labuan Bajo.

Menjelang pukul 07.00, pasar pun mulai ramai. Orang-orang mulai datang. Saya berkeliling pasar yang tidak terlampau luas itu sampai tiga kali.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagian paling muka ialah tempat orang-orang berjualan ikan. Para pedagang ikan biasanya berasal dari wilayah pesisir. Mereka kebanyakan pendatang seperti yang saya temui di sekitar pelabuhan.

Ada macam-macam ikan yang mereka jual. Dari ikan kering, hingga yang basah. Harga ikan yang mereka jual rata-rata lebih mahal Rp 1.000 per kilogram daripada harga yang ditawarkan di Tempat Pelelangan Ikan Labuan Bajo, dekat pelabuhan.

Sedangkan di bagian tengah umumnya diisi oleh pedagang-pedagang asli Manggarai Barat. Mereka menjual berbagai jenis sayuran yang diambil langsung dari Ruteng.

Seorang warga asal Sumatera Utara, yang lama tinggal di Bajo bernama Papa Jo, bilang, Labuan Bajo tak terlampau subur tanahnya. Tumbuhan yang dapat dipanen di sana hanya singkong beserta daunnya dan jagung. Maka itu, untuk memenuhi asupan sayur lain, seperti bayam merah, mereka harus memasok dari Ruteng.

Bagian belakang pasar diisi oleh penjaja kudapan ringan. Beragam kue untuk sarapan, seperti bapalaya dan jintan dijual di sana. Uniknya, para pedagangnya ialah orang-orang Bugis. Saya ingat kata Lulang bahwa ragam variasi makanan di Bajo biasanya dibawa dari Bugis.

Di Pasar Wae Kesambi, terjadi interaksi menarik antara pendatang dan warga asli. Mereka berbicara dengan bahasa Manggarai Barat, tapi logatnya berbeda. Tuturan orang Flores asli terdengar lebih medok dan banyak menambahkan kata 'kah' pada akhir kalimat mereka. Intonasinya pun lebih meliuk.

Sepanjang nongkrong di Pasar Wae Kesambi, saya menyaksikan dua wajah Labuan Bajo. Wajah bagi orang asli dan pendatang. Di sana terjadi komunikasi yang harmonis di tengah perbedaan yang cukup kental.

Di sana pula terjadi pertukaran informasi mengenai hal-hal yang dibawa dari pesisir dan pegunungan. Pasar itulah pusat informasi teraktual bagi warga setempat yang belum mengenal sarana komunikasi modern.

Pasar Wae Kesambi adalah sisi lain yang eksotis dari Labuan Bajo, di balik Pulau Padar yang populer dan keberadaan komodo yang mendunia. Di sinilah Labuan Bajo hidup, nyata. Di sinilah potret realitas yang sebenar-benarnya.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


PLN Sukses Sambung Listrik dari Sumbawa ke Bajo Pulau

10 hari lalu

PLN Sukses Sambung Listrik dari Sumbawa ke Bajo Pulau

Kelistrikan di Bajo Pulau menyetop operasi PLTD. Listrik ada 24 jam dan lebih ramah lingkungan.


Penjelasan AirAsia Atas Insiden Roda Pesawat Keluar Taxi Way di Bandara Komodo Labuan Bajo

38 hari lalu

AirAsia QZ8501 rute Surabaya-Singapura jatuh di Selat Karimata, pada 28 Desember 2014. Pesawat tipe Airbus A320-200 ini membawa 155 penumpang serta 7 orang kru di dalam pesawat, dan disebut sebagai tragedi penerbangan terburuk kedua dalam sejarah Indonesia. Oka Sudiatmika (Wikimedia Commons)/CC-BY-SA 3.0
Penjelasan AirAsia Atas Insiden Roda Pesawat Keluar Taxi Way di Bandara Komodo Labuan Bajo

Pesawat AirAsia telah berhasil dievakuasi dan sudah memasuki area parkir B2 Bandara Komodo Labuan Bajo.


WNA Cina Tewas di Pink Beach Labuan Bajo, Abaikan Larangan Snorkeling

47 hari lalu

Jenazah wisatawan asal Cina yang meninggal di Pink Beach Kawasan TNK pada Jumat, 9 Februari 2024 saat berada di rumah sakit. Foto: ANTARA/HO-Humas Polres Manggarai Barat
WNA Cina Tewas di Pink Beach Labuan Bajo, Abaikan Larangan Snorkeling

Seorang wisatawan asal Cina meninggal karena kelelahan. Diduga abaikan larangan snorkeling dari pemandu wisata


Pink Beach di Taman Nasional Komodo Masuk Daftar 20 Pantai Terbaik di Dunia, Ini Rute ke Sana

52 hari lalu

Pink Beach di Flores, NTT. shutterstock.com
Pink Beach di Taman Nasional Komodo Masuk Daftar 20 Pantai Terbaik di Dunia, Ini Rute ke Sana

Pink Beach di Pulau Padar, kawasan Taman Nasional Komodo, NTT menjadi satu dari 20 pantai terbaik di dunia versi Lonely Planet. Berikut rutenya.


5 Destinasi Sport Tourism Unggulan Indonesia, Masih di Destinasi Superprioritas

53 hari lalu

Peserta berlari saat Borobudur Marathon 2023 di kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jateng Minggu, 19 Novembwr 2023. Lomba lari bertaraf internasional tersebut diikuti sedikitnya 10 ribu peserta dari 24 negara yang memperlombakan tiga kategori yaitu marathon, half marathon dan 10 kilometer. ANTARA/Anis Efizudin
5 Destinasi Sport Tourism Unggulan Indonesia, Masih di Destinasi Superprioritas

Dari Mandalika, Danau Toba, ke Likupang, inilah destinasi sport tourism unggulan di Indonesia.


6 Hotel dan Resor Mewah yang bakal Hits di 2024, dari Bali hingga Sumba

59 hari lalu

Innit Lombok (innithotels.com)
6 Hotel dan Resor Mewah yang bakal Hits di 2024, dari Bali hingga Sumba

Kapal pesiar pinisi yang akan keliling pulau-pulau cantik di Indonesia Timur dan resor mewah di Labuan Bajo akan memanjakan wisatawan tahun ini


Pink Beach di NTT dan Diamond Beach Bali Masuk Daftar 100 Pantai Terbaik Lonely Planet

26 Januari 2024

Pink Beach di Flores, NTT. shutterstock.com
Pink Beach di NTT dan Diamond Beach Bali Masuk Daftar 100 Pantai Terbaik Lonely Planet

Dua Pantai di Indonesia ini berada di Pulau Padar, Taman Nasional Komodo, NTT, dan Nusa Penida, Bali. Populer di kalangan turis asing.


Mengenal Parapuar, Paket Lengkap Destinasi Wisata Baru di Labuan Bajo

25 Januari 2024

Pemandangan pelabuhan Labuan Bajo saat matahari terbenam, di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia, 11 Mei 2023. REUTERS/Willy Kurniawan
Mengenal Parapuar, Paket Lengkap Destinasi Wisata Baru di Labuan Bajo

Parapuar merupakan bagian integral dari Destinasi Pariwisata Superprioritas (DPSP) Labuan Bajo.


Investor Bangun Hotel dan Glamping di Parapuar, Bakal Jadi Magnet Baru Labuan Bajo

25 Januari 2024

Pemandangan pelabuhan Labuan Bajo saat matahari terbenam, di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia, 11 Mei 2023. REUTERS/Willy Kurniawan
Investor Bangun Hotel dan Glamping di Parapuar, Bakal Jadi Magnet Baru Labuan Bajo

Parapuar merupakan bagian dari Destinasi Pariwisata Superprioritas (DPSP) Labuan Bajo, ditargetkan investasi sebesar 50 juta dolar AS.


5 Hotel Mewah akan Buka 2024, dari Labuan Bajo hingga Osaka Jepang

22 Januari 2024

Ta'aktana, a Luxury Collection Resort & Spa, Labuan Bajo, Indonesia (marriott.com)
5 Hotel Mewah akan Buka 2024, dari Labuan Bajo hingga Osaka Jepang

Hotel-hotel mewah ini hadir di tempat wisata yang populer di dunia, termasuk Labuan Bajo Nusan Tenggara Timur.