Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

7 Hal yang Wajib Diperhatikan dalam Kegiatan Susur Gua

image-gnews
Tim penyelamat membuat jalan mereka untuk turun di pintu masuk gua, tempat terdapat 12 anak laki-laki dan pelatih sepak bola yang terjebak di dalamnya, di Mae Sai, Provinsi Chiang Rai, di Thailand utara, 1 Juli 2018. (AP Photo/Sakchai Lalit)
Tim penyelamat membuat jalan mereka untuk turun di pintu masuk gua, tempat terdapat 12 anak laki-laki dan pelatih sepak bola yang terjebak di dalamnya, di Mae Sai, Provinsi Chiang Rai, di Thailand utara, 1 Juli 2018. (AP Photo/Sakchai Lalit)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Belasan remaja terjebak di Gua Tham Luang, Thailand, sejak 23 Juni lalu, bersama pelatih sepakbola mereka. Mereka menjelajah gua itu usai berlatih, namun tiba-tiba banjir bandang datang hingga menutup jalan keluar. 

Saat ini sudah 7 korban berhasil dievakuasi, dan proses penyelamatan terus berlangsung. Peristiwa belasan ana terperangkap di gua ini dan proses evakuasinya yang sulit menjadi perhatian media dunia.

Masih belum diketahui apakah gua itu memang kerap dikunjungi orang kebanyakan, ataukah untuk menjelajahinya perlu ketrampilan khusus seperti dalam jenis olah raga susur gua (caving).

Namun, susur gua pada dasarnya bukan aktivitas luar ruangan atau outdoor biasa. Sedikit berbeda dengan kegiatan lainnya, diperlukan keahlian khusus dan pemahaman tertentu sebelum melakukannya. Beragam risiko pun harus siap dihadapi.

Itulah sebabnya susur gua, baik gua vertikal maupun horisontal, tergolong dalam kegiatan ekstrem. Meski demikian, gua-gua yang umumnya menawarkan petualangan seperti Gua Jomblang, di Yogyakarta, tetap bisa dinikmati wisatawan.

Ada beberapa tip aman susur gua menurut dua caver profesional. Tip ini disampaikan oleh Fathoel Arifin dari Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia (HIKESPI) dan Cahyo Alkantana, Presiden Asosiasi Wisata Goa Indonesia (ASTAGA) and President Indonesia Adventure Travel and Trade Association (IATTA) sekaligus pemilik Jomblang Cave Resort, saat dihubungi Tempo pada Senin, 9 Juli 2018.

1. Kursus caving atau penelusuran gua

Untuk menelusuri gua-gua ekstrem, wisatawan diimbau mengikuti kursus lebih dulu di sejumlah himpunan yang menyediakan jasa pelatihan. Sama seperti diving, civing memerlukan pengetahuan dasar tentang speleologi yang harus dipahami calon caver. Dua caver profesional itu mengatakan sangat bahaya menyusuri gua tanpa dibekali pengetahuan tentang gua.

2. Memperhatikan keadaan cuaca

Cahyo mengimbau wisatawan wajib peka dengan keadaan alam. Mereka sebaiknya tidak memasuki gua yang mudah kebanjiran pada musim hujan. Khususnya untuk gua berair atau yang dekat dengan aliran sungai.
"Jadi jangan melakukan kegiatan penelusuran gua pada musim hujan, baik itu wisata gua penelusuran maupun cave tubing," katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

3. Membawa alat penerangan ganda

Fathoel berujar, sebenarnya, peranti utama untuk memasuki gua alami (batuan kapur) adalah penerangan. Calon caver pun diminta untuk membawa alat ganda, yang meliputi senter dan head lamp. Sebab, keadaan gua gelap gulita. Entah siang, entah malam.

Maka itu, lampu adalah satu-satunya penunjuk jalan. Bila hanya membawa satu penerangan, bila habis kapasitas baterainya, caver tak bisa melihat apa-apa di dalam gua.

4. Mengikuti arahan pemandu

Caver harus didampingi oleh pemandu profesional selama susur gua. Selama kegiatan masuk ke gua pun semua arahan pemandu harus diikuti. Pemandu biasanya memiliki standar operasional khusus. Mereka juga paham betul dengan keadaan gua. Bila pemandu memberi instruksi wisatawan tak bisa menyusuri gua lebih dalam, maka mereka tak boleh memaksa.

5. Mempersiapkan fisik dan mental

Fisik dan mental juga menjadi modal utama saat menyusuri gua. Sebab, aktivitas tersebut akan menguras habis tenaga. Bila tak siap, hal tersebut akan membahayakan diri. Misalnya, saat keadaan lelah, dan caver masih berada di dalam gua, bila mentalnya tak kuat, ia akan mudah putus asa.

6. Memahami teknik tali tunggal
Khusus untuk penyusuran gua vertikal, Fathoel menyarankan calon caver memiliki pengetahuan tentang teknik single rope atau tali tunggal. Teknik ini dipakai untuk menuruni gua dan menaikinya kembali seperti yang terjadi saat menyusuri Gua Jomblang di Yogyakarta.

7. Menjaga ketenangan
Menurut Cahyo, caver harus menjaga ketenangan selama susur gua. Sebab, bila mereka berisik, hal itu akan  mengganggu kehidupan makhluk hidup di dalam gua.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Susur Gua Gunungkidul, Mahasiswa UNS Tewas Terjatuh dari Tebing 37 Meter

26 Maret 2023

Tim SAR gabungan mengevakuasi mahasiswa mapala UNS Solo yang terjatuh di gua Gunungkidul Minggu, 26 Maret 2023. Dok. Basarnas DIY
Susur Gua Gunungkidul, Mahasiswa UNS Tewas Terjatuh dari Tebing 37 Meter

Datang bersama dua rekannya, korban adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran asal Tegal, Jawa Tengah.


Jelajah Gua Istana Ular di Manggarai Barat, Cocok Bagi Penggemar Wisata Ekstrem

16 Februari 2021

Gua Istana Ular di Manggarai Barat. Dok.BOPLBF
Jelajah Gua Istana Ular di Manggarai Barat, Cocok Bagi Penggemar Wisata Ekstrem

Bagi para penggemar wisata ekstrem, gua Istana Ular cocok untuk masuk daftar destinasi kunjungan.


4 Gua Aman untuk Pecinta Wisata Ekstrem di Pulau Jawa

9 Juli 2018

Wisatawan duduk di atas sebuah ban dalam mobil, saat menyusuri sungai di Gua Pindul di Desa Bejiharjo, Karangmojo Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta, 30 Juli 2016. TEMPO/Fardi Bestari
4 Gua Aman untuk Pecinta Wisata Ekstrem di Pulau Jawa

Susur gua selama ini memang terhitung menjadi salah satu kegiatan wisata alam ekstrem, termasuk di Indonesia.