TEMPO.CO, Jakarta - Biaya traveling alias perjalanan domestik ke berbagai daerah di Indonesia, khususnya melalui jalur udara, kerap terasa lebih mahal daripada biaya bepergian ke beberapa negara di Asia. Hal tersebut hampir selalu dikeluhkan para pelancong Tanah Air.
Tak pelak, hal itu membuat banyak orang memilih traveling ke luar negeri, seperti Thailand, Cina, atau Jepang saat musim liburan.
Baca juga: 6 Kesalahan Pelancong Saat Pertama Kali Traveling ke Luar Negeri
Menteri Arief Yahya mengatakan mahalnya biaya traveling di dalam negeri itu disebabkan beberapa faktor. “Jumlah LCC (low cost carrier) kita tidak terlalu banyak,” ujarnya, menyebutkan sebab pertama, saat menghadiri talkshow We The Youth bertajuk Youth x Public Figur di XXI Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat malam, 29 Juni.
Padahal, menurut Menpar Arief, bila ingin mencapai target 20 juta wisatawan sampai akhir 2019, diperlukan tambahan LCC. LCC merupakan bisnis maskapai penerbangan yang menyediakan harga tiket bujet atau murah dan layanan terbang yang minimalis.
LCC ini, kata Menteri Arief, telah dimiliki negara-negara tujuan wisata, seperti Singapura, Malaysia, Jepang, dan Thailand.
LCC diakui akan berdampak baik untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Bila Indonesia memiliki LCC, target 20 juta kunjungan wisatawan asing hingga 2019 akan tercapai dengan mudah.Wisatawan menikmati keindahan Danau Kelimutu di Flores, NTT, 12 Oktober 2016. Kelimutu merupakan gugusan tiga danau yang warnanya berbeda-beda dan terus berubah. TEMPO/Subekti
Selain lantaran tak memiliki banyak LCC, Indonesia juga belum punya low cost terminal atau LCT. LCT adalah terminal yang melayani pendaratan maskapai-maskapai budget dengan sistem minimalis.
Menpar mencontohkan, Thailand memiliki dua bandara, yakni Bandara Internasional Svarnabhumi dan Bandara Dong Muang. “Bandara Dong Muang itu LCT,” ujar Menpar. Sementara Svarnabhumi adalah bandara untuk pendaratan maskapai premium.
Khusus penerbangan ke wilayah Indonesia timur, Menpar Arief mengakui ada faktor lain yang membuat harga tiket jauh lebih mahal. “Jarak yang jauh dengan waktu tempuh yang panjang membuat harga tiket jadi mahal.”
Solusinya, jumlah maskapai penerbangan langsung alias tanpa transit atau direct flight tujuan Indonesia bagian timur kudu ditambah. Dengan sistem demikian, biaya operasional dapat ditekan. “Selain itu, bisa juga dengan pesawat berbadan lebar,” kata Menpar.
Khusus untuk perjalanan ke Raja Ampat, Menpar menyebutnya sebagai destinasi premium yang memang tak murah. “Kalau mau destinasi yang setara dengan Raja Ampat tapi kelasnya middle, bisa ke Labuan Bajo,” ujarnya.
Artikel lain: Aneka Busana Unik Warnai Ritual Sedekah Laut dan Bumi di Pati