TEMPO.CO, Mataram - Masyarakat Islam Wektu Telu di desa Anyar, kecamatan Bayan, kabupaten Lombok Utara melaksanakan Lebaran Adat Senin, 18 Juni. Berdasarkan penanggalan adat, hari itu jatuh pada 1 Syawal.
Mereka merayakannya di rumah adat setempat. Sejumlah remaja laki-laki tampak mengenakan sapuk (penutup kepala), tanpa baju menutup bagian atas, serta mengikatkan kain panjang di bagian bawah kain Arjasa. Kain diikatkan di bagian pinggang. Mereka berasal dari 12 dusun di Desa Anyar.
Mereka berjalan dari rumah pengulu dusun Sri Menganti, yang berjarak sekitar 250 meter dari rumah adat Bale Beliq. Rumah adat ini berukuran 5 x 5 meter dengan bahan bambu dan berada di di Dusun Batu Menjangkok.
Mereka membawa ancak yang terbuat dari 12 belahan bambu kecil-kecil berukuran lebar sekitar 1 senti dan panjang 30 sentimeter. Bambu dianyam, masing-masing dua di 4 sisi dan 4 di tengah. Ancak ini digunakan untuk wadah makanan berupa nasi, sayur dan garam yang dibungkus daun.
Acara dipimpin kiyai adat Amaq Gari selama sekitar dua jam. Mereka berdoa memohon keselamatan dan kesehatan dan rezeki. ''Ini lebaran adat. Kalau Idul Fitri sudah dilakukan Jum'at yang lalu,'' kata Kepala Desa Anyar Ritanom, 50 tahun, kepada Tempo, Senin 18 Juni 2018 sore.
Lebaran Adat Waktu Telu ini dirayakan di lima desa yakni, Bayan, Karang Bajo, Loloan dan Sukadana. Di Desa Anyar, menurut Ritanom, terdapat 5.000 jiwa diantara 2.677 kepala keluarga penduduknya.
Ritanom mengatan Desa Anyar terdiri dari 10 dusun dan yang melaksanakan Lebaran Adat ini ada 6 dusun, karena lainnya ikut bergabung ke desa yang paling dekat lokasinya. Misalnya Dusun Telaga Banyak yang berada di wilayah Desa Anyar tapi ritual adatnya masuk ke desa Sukadana.
SUPRIYANTHO KHAFID (Mataram)