TEMPO.CO, Jakarta - Sepiring penganan lonjong berbalut adonan tepung tersaji di sTREATs Restaurant yang terletak di kawasan Mangga Dua, Jalan Gunung Sahari, Jakarta Utara, Senin sore, 11 Juni 2018. Chef sTREATs Restaurant, Arif Wicaksono mengatakan makanan itu adalah kuliner atau tepatnya snack khas Timur Tengah.
Baca juga:
Menu Baru Bakmi Jumbo di Jakarta, Kuat Makan Sendiri?
Kuliner Asia hingga Melayu untuk Santapan Utama Trump dan Kim Jong Un
Sekilas, penganan ringan tersebut mirip dengan lumpia. Tiada beda mulai bentuk hingga ukurannya. Pelanggan restoran hampir tak menyangka kalau menu yang disajikan Chef Arif Wicaksono bukan penganan khas Semarang. "Memang mirip dengan lumpia, tapi namanya lain," kata Chef Arif.
Hidangan yang adabnya menjadi camilan ini dinamai Chicken Shawarma. Orang-orang Timur Tengah biasa menyebutnya shawurma atau shawerma. Shawarma merujuk pada olahan daging yang menjadi komplemen utamanya. Di negara asalnya, daging yang digunakan ialah daging domba, kalkun, kerbau, atau sapi muda.
Cara memasak dedagingan tersebut sama seperti mengolah kebab. Mula-mula, daging yang sudah digiling akan dikepal-kepal, lalu dilekatkan ke sebuah tiang besi panjang. Daging ini dipanggang dengan cara diputar-putar dengan bara api sedang.
Di Indonesia, khususnya di Jakarta, Chef Arif Wicaksono mengganti komplemen utamanya dengan daging ayam. Tujuannya, rasanya bisa diterima di lidah banyak orang. Menurut dia, tak semua orang Indonesia doyan mengkonsumsi daging domba, kerbau, atau kalkun. Sebelum dipanggang, daging ayam lebih dulu dimarinasi dengan bumbu kari. Paska-proses pemanggangan kelar, daging dipotong kecil-kecil lalu diberi tambahan selada mentah dan tomat.
Daging dan sayuran mentah tersebut kemudian digulung dengan tortilla atau roti pipih tanpa ragi yang dibuat dari gandum atau jagung. Tortilla inilah yang membuat shawarma mirip dengan lumpia. Warnanya putih tulang. Hanya, tortilla memiliki karakter khas, yakni bercak-bercak coklat.
Meski tampak sama, rasa shawarma jauh berbeda dengan lumpia. Bagi lidah orang asli Nusantara, shawarma terasa kurang berbumbu. Cenderung plain dan anyep. Kulitnya pun tidak renyah seperti lumpia. Saat digigit, kulit shawarma terasa sedikit lembek. Hal lain yang membedakannya dengan lumpia adalah shawarma dihidangkan bersama salad paprika, potongan kol ungu, dan kentang goreng. Harga per porsi shawarma di restoran ini sekitar Rp 40 ribu.