Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ini Dia Souvenir Nepal yang Biasa Dibawa Pulang Pendaki Everest

image-gnews
kukri (pixabay.com)
kukri (pixabay.com)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Selalu ada souvenir yang dibawa seusai pendaki mengelarkan perjalanannya mencapai berbagai titik puncak di pegunungan Himalaya. Seperti yang dibawa Tim The Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahitala-Universitas Parahyangan Bandung (WISSEMU), Fransiska Dimitri Inkiriwang (24 tahun) dan Mathilda Dwi Lestari (24), seusai mencapai puncak Gunung Everest—gunung tertinggi di Pegunungan Himalaya.

Dua mahasiswi yang diklaim menjadi perempuan pertama yang menuntaskan tujuh puncak tertinggi dunia itu tak cuma membawa cerita perjalanan, tapi juga oleh-oleh untuk kerabatnya. “Kami mampir dulu di Thamel, Kathmandu, Nepal, untuk istirahat dan belanja buah tangan,” kata Fransiska saat berkunjung ke kantor Tempo di Jalan Palmerah Barat 8, Jakarta Selatan, pada Kamis, 7 Mei. 

Baca juga: Mudik Lebaran Mewah Naik Kereta, Coba Luxury Sleeper Train

Fransiska dan Mathilda melakoni perjalanan mencapai puncak tertinggi dunia di Everest selama 30 hari. Sesampainya di kota, mereka mangaku kalap belanja pernak-pernik. Menurut Mathilda, benda yang paling harus dibawa untuk oleh-oleh adalah kukri.

Kukri merupakan pisau tradisional Nepal. Mata pisaunya berbentuk melengkung. Senjata tajam ini biasanya dipakai untuk alat pemotong apa pun di sana. Selain itu, masyarakat Nepal mengidentikkannya dengan senjata khas Resimen Gurkha atau angkatan perang.
Suasana toko oleh-oleh di Thamel, Nepal. (Foto: Dokumentasi Tim WISSEMU)

Menurut pengamatan Mathilda dan Fransiska, kukri dibanderol mulai Rp 200 ribu sampai RP 1 juta. “Kami membelinya dan bisa kami bawa sampai Indonesia. Lolos di bandara,” kata Fransiska.

Selain kukri, benda yang wajib dibeli menurut keduanya adalah patung-patung Buddha khas Kathmandu. Kathmandu terkenal sebagai kota dengan patung Buddha terbanyak di dunia. Patung itu telah lekat dengan identitas wilayah mereka sebagai ibu kota sekaligus kota terbesar di Nepal. “Kalau patung Buddha, kami beli seharga RP 300 ribuan,” ujar Mathilda. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Oleh-oleh lain yang tak kalah menarik dan menjadi incaran para penyuka kegiatan petualangan adalah perlengkapan-perlengkapan luar ruangan atau outdoor. “Di sana banyak banget toko outdoor, mulai yang brand premium sampai KW,” ujar Fransiska. 

Baca: Liburan Lebaran, Yuk Melancong ke 10 Destinasi Madiun Ini

Keduanya menjumpai gerai-gerai outdoor merek ternama, seperti The North Face, Red Fox, Columbia, Karriomor, dan lain-lain. Hal yang membuat mereka tak tahan untuk belanja adalah harga. Harga yang dibanderol jauh lebih murah daripada harga di Indonesia.

“Sepatu The North Face di Indonesia bisa RP 2,5 juta, sedangkan di sana saya beli Rp 1 jutaan,” tutur Fransiska. Di Kathmandu pun tersedia berbagai toko yang menjajakan perlengkapan outdoor bekas atau second hand. Biasanya pendaki yang ogah membawa perlengkapannya pulang akan menjualnya di toko-toko tersebut. Harganya jauh lebih murah, yakni berkisar 50 persen lebih murah daripada harga barang baru. 

“Kami juga membeli kaus-kaus Nepal seharga Rp 50 ribuan untuk keluarga atau teman-teman,” tutur Mathilda. Souvenir tersebut dapat dijumpai di seluruh sisi Thamel di Kota Kathmandu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menanti Senat dan Raja, Thailand Selangkah Lagi Melegalkan Pernikahan Sesama Jenis

1 hari lalu

Komunitas LGBT Thailand berpartisipasi dalam Parade Hari Kebebasan Gay di Bangkok, Thailand, 29 November 2018. REUTERS/Soe Zeya Tun
Menanti Senat dan Raja, Thailand Selangkah Lagi Melegalkan Pernikahan Sesama Jenis

Parlemen Thailand dengan suara bulat menyetujui rancangan undang-undang yang melegalkan pernikahan sesama jenis


Toko Oleh-oleh Khas Cirebon Bersiap Sambut Pemudik

3 hari lalu

Warga luar daerah saat membeli kerupuk melarat di Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (26/3/2022). (ANTARA/Khaerul Izan)
Toko Oleh-oleh Khas Cirebon Bersiap Sambut Pemudik

Pengelola toko oleh-oleh khas Cirebon telah memperbanyak stok oleh-oleh hingga tiga kali lipat.


API Dukung Pembatasan Barang Impor: Bisa Dorong Peningkatan Utilitas Industri Tekstil Dalam Negeri

10 hari lalu

Pekerja mengatur alur benang di sebuah pabrik kain skala kecil menengah di Desa Rancajigang, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, Senin, 9 November 2020. Industri tekstil skala kecil akan semakin terpuruk akibat pandemi dan murahnya harga produk garmen impor. TEMPO/Prima Mulia
API Dukung Pembatasan Barang Impor: Bisa Dorong Peningkatan Utilitas Industri Tekstil Dalam Negeri

Ketua API Jemmy Kartiwa mendukung Permendag Nomor 3 Tahun 2024 yang intinya mengatur batas bawaan barang impor.


Cara Pemerintah Bedakan Oleh-oleh dan Barang Jastip Usai Adanya Pembatasan Barang Impor

10 hari lalu

Petugas bea dan cukai menunjukkan contoh jastip saat memberikan penjelasan kepada wartawan terkait Jasa Titip (JASTIP) di Kantor Pusat Bea Cukai, Jakarta, Jumat, 27 September 2019. Bea dan Cukai telah melakukan penindakan sebanyak 422 dengan total hak negara yang berhasil diselamatkan sekitar Rp.4 miliar. TEMPO/Tony Hartawan
Cara Pemerintah Bedakan Oleh-oleh dan Barang Jastip Usai Adanya Pembatasan Barang Impor

Zulhas menjelaskan cara pemerintah membedakan oleh-oleh dan produk jasa titip terletak pada kelengkapan barang impor tersebut.


Mengenal Pokhara, Ibu Kota Pariwisata Nepal yang Baru Diresmikan

10 hari lalu

Pokhara, Nepal (Pixabay)
Mengenal Pokhara, Ibu Kota Pariwisata Nepal yang Baru Diresmikan

Pokhara dikenal sebagai pusat wisata Nepal yang terkenal karena keindahan alam, kekayaan budaya, dan beragam kegiatan rekreasi.


Setuju Aturan Pengetatan Barang Bawaan Impor Penumpang, Sandiaga: Bisa Beli Oleh-oleh di Tanah Abang

13 hari lalu

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno di Hotel Fairmont di Senayan, Jakarta Pusat pada Kamis, 14 Maret 2024. TEMPO/ Desty Luthfiani.
Setuju Aturan Pengetatan Barang Bawaan Impor Penumpang, Sandiaga: Bisa Beli Oleh-oleh di Tanah Abang

Sandiaga menilai aturan memperketat barang bawaan impor penumpang, merupakan bentuk keberpihakan pada produk dalam negeri.


Gunungan Oleh-Oleh Yogyakarta Setinggi 11 Meter Pecahkan Rekor Dunia dan MURI

23 hari lalu

Gunungan oleh-oleh berbagai produk khas yang dijual UMKM di Yogyakarta setinggi 11 meter berhasil memecahkan rekor MURI dan rekor dunia dalam perhelatan Festival Teras Malioborodi Teras 1 Malioboro, Yogyakarta Selasa 5 Maret 2024. Dok. Istimewa
Gunungan Oleh-Oleh Yogyakarta Setinggi 11 Meter Pecahkan Rekor Dunia dan MURI

Gunungan oleh-oleh Teras Malioboro Yogyakarta tercatat sebagai yang terbesar dan tertinggi, serta melibatkan UMKM terbanyak.


Gunungan Oleh-oleh Yogyakarta Setinggi 11 Meter di Festival Teras Malioboro Bakal Pecahkan Rekor MURI

28 hari lalu

Pusat UMKM Teras Malioboro Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono
Gunungan Oleh-oleh Yogyakarta Setinggi 11 Meter di Festival Teras Malioboro Bakal Pecahkan Rekor MURI

Gunungan raksasa oleh-oleh di Teras Malioboro itu memecahkan rekor MURI sebagai yang terbesar dan tertinggi.


Demi Keselamatan, Pendaki Gunung Everest dari Nepal bakal Diwajibkan Bawa Chip

31 hari lalu

Ilustrasi pendaki Gunung Everest (Pixabay)
Demi Keselamatan, Pendaki Gunung Everest dari Nepal bakal Diwajibkan Bawa Chip

Chip ini diperkirakan akan mulai berlaku pada musim semi mendatang, yang bertepatan dengan dimulainya musim pendakian di Gunung Everest.


Tips Mendaki Himalaya, Mulai dari Waktu yang Tepat hingga Memilih Pemandu

28 Januari 2024

Gunung Nanda Devi yang tertutup salju terlihat dari kota Auli, di negara bagian Himalaya utara Uttarakhand, India 25 Februari 2014. REUTERS/Stringer
Tips Mendaki Himalaya, Mulai dari Waktu yang Tepat hingga Memilih Pemandu

Perjalanan ke Pegunungan Himalaya butuh persiapan matang karena medan yang berat, suhu yang bervariasi, dan sensitivitas budaya.