TEMPO.CO, Jakarta - Ajang penghargaan pariwisata berskala nasional, yakni Anugerah Pariwisata Indonesia (API), kembali digelar. Pada penyelenggaraan yang ketiga ada tiga Kategori baru yang dikompetisikan, salah satunya adalah wisata halal terpopuler.
"Ini adalah usaha kami mengikuti perkembangan tren dunia pariwisata,” ujar Ketua Pelaksana API 2018, Hiro Kristanto, saat jumpa wartawan di kantor Kementerian Pariwisata, Selasa, 5 Mei 2018. Dan, wisata halal dinilai telah menjaid tren baru.
Acara API ini diinisiasi oleh laman Ayojalanjalan.com bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan didukung beberapa stakeholder.
Wisata halal memang tengah menjadi konsentrasi Kementerian Pariwisata dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara atau wisman ke Indonesia. Sejumlah daerah seperti Aceh dan Sumatera Barat sedang dikonsentrasikan untuk digarap menjadi destinasi halal. Sedangkan Lombok di Nusa Tenggara Barat sudah menjadi percontohan lantaran telah dikembangkan lebih dulu.
Kini muncul beragam daerah yang mencanangkan wilayahnya sebagai destinasi halal. Daerah-daerah ini di antaranya dinominasikan dalam API.
Kategori wisata halal API tahun ini menandingkan 10 nomine. Di antaranya Al Quran Al Akbar di Kota Palembang, Desa Bubohu di Gorontalo, Gema Muharram di Kabupaten Indragiri Hilir, Islamic Center di Kota Samarinda, Kampung alal Karang Jangkong di Kota Mataram, dan Kompleks Makam Sunan Muria di Kabupaten Kudus.
Selain itu, Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh, Melayu Square di Kota Tanjung Pinang, Pulau Santen di Banyuwangi, dan Sayang Pattudu di Polewali Mandar.
Di samping wisata halal terpopuler, kategori baru yang ditandingkan dalam API 2018 adalah wisata kreatif terpopuler dan cenderamata terpopuler. Wisata kreatif mencakup destinasi-destinasi buatan yang dikembangkan di berbagai daerah guna memenuhi kebutuhan wisata digital.
Sedangkan cenderamata ikut masuk dalam kategori API karena peranannya penting sebagai bagian dari daya tarik daerah. Selain itu, menjadi salah satu komponen penting dalam konsep 3A (atraksi, aksesibilitas, amenitas) yang dicanangkan Kementerian Pariwisata.
Secara keseluruhan, ada 18 kategori yang akan ditandingkan dalam API. “Jumlahnya terus mengalami peningkatan dari mulanya 10 kategori pada 2016 menjadi 15 kategori pada 2017, dan sekarang sudah lebih lagi,” ujar Hiro.
Ke-18 kategori itu, di antaranya, makanan tradisional terpopuler, minuman tradisional terpopuler, wisata olahaga dan petualangan terpopuler, wisata air terpopuler, ekowisata terpopuler, dataran tinggi terpopuler, cendera mata terpopuler, dan atraksi budaya terpopuler.
Selain itu, kampung adat terpopuler, situs sejarah terpopuler, wisata halal terpopuler, festival pariwisata terpopuler, promosi pariwisata digital terpopuler, wisata kreatif terpopuler, wisata belanja terpopuler, obyek wisata unik terpopuler, tujuan wisata baru terpopuler, dan surga tersembunyi terpopuler.
Pemenang akan dipilih dengan sistem pemungutan suara. Pemungutan suara mulai dibuka pada 1 Juni lalu dan ditutup pada 31 Oktober nanti. Sementara itu pengumuman juara API 2018 akan dilaksanakan pada November 2018.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata I Gde Pitana mengatakan pemilik suara atau pemilih dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Bahkan berasal dari berbagai negara. “Pada 2016, terdapat 4.000 pemilih. Sedangkan pada 2017 ada 5.800,” ujar Pitana.
Pada 2017, pemilih asing berasal dari negara USA, Cina, dan Kanada. Sedangkan pada 2017 dari USA, Hong Kong, India, dan Cina. Pemungutan suara bisa dilakukan lewat SMS atau aplikasi Anugerah Pesona Indonesia yang tersedia di Playstore.
Artike lain: Piala Dunia Beraroma Angkasa Luar di Kota Samara, Rusia