TEMPO.CO, Jambi -Biksu Tana Waro menyampaikan sejumlah pesan dalam perayaan Waisak 2018 se-Sumatera (2562 BE) yang digelar di Kompleks Percandian Muarojambi Kabupaten Muarojambi Provinsi Jambi, Selasa, 29/5. Inti pesannya adalah agar seluruh masyarakat menjaga keharmonisan dalam keberagaman.
Puncak perayaan Waisak 2018 itu diikuti ribuan umat Budha dan ratusan biksu dari berbagai daerah Nusantara dan negara-negara di Asia Tenggara. Selain itu masyarakat umum beragam agama juga ikut menyaksikan acara di komplek candi terbesar di Asia Tenggara tersebut.
Biksu Tana Waro menyampaikan pesan Waisak agar seluruh lapisan warga memahami kemajemukan dan menjaga realitas kekayaan bangsa, yakni hidup secara berdampingan. "Kekayaan bangsa Indonesia yang beragam suku dan agama ini agar terus kita jaga dalam nilai-nilai Kebhinekaan Pancasila dan UU 1945," kata dia.
DPalam perayaan Waisak tersebut panitia menyiapkan takjil untuk berbuka kepada masyarakat muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa. Masyarakat umum memang banyak yang datang untuk menyaksikan proses perayaan Waisak tersebut.
Hadir pula dalam perayaan itu Plt Gubernur Jambi H Fachrori Umar dan Bupati Muarojambi Masnah Busyro. Unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Fokompinda) daerah itu juga datang.
Komplek percandian Muarojambi pada beberapa abad silam adalah kampus atau pusat pendidikan ajaran Buddha. Maha Guru Budhha Atisha dari Tibet pernah tinggal menetap dan belajar di Candi Muarojambi, Sumatera, selama 11 tahun lamanya (tahun 1011-1023 Masehi).
Kawasan komplek percandian Muarojambi itu memiliki 82 reruntuhan (menapo) bangunan kuno. Saat ini sudah ada delapan bangunan candi yang telah di-ekskapasi atau pemugaran dan pelestarian secara intensif oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi.
ANTARA
Artikel lain: Pendaki Everest Fransiska-Mathilda Terkena Frosbite Ringan