Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

6 Oleh-oleh Unik dari Kabupaten Tambrauw, Papua Barat

image-gnews
Noken, oleh-oleh khas Tambrauw, Papua Barat di Kampung Emaus. Tempo/Francisca Christy Rosana
Noken, oleh-oleh khas Tambrauw, Papua Barat di Kampung Emaus. Tempo/Francisca Christy Rosana
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat Kabupaten Tambrauw, Papua Barat, memiliki hasil kerajianan tangan beragam yang bisa jadi buah tangan para pelancong usai berkunjung ke sana. Kerajinan-kerajinan tersebut bukan hanya diproduksi untuk dijual, tapi juga untuk peranti kehidupan sehari-hari.

Oleh-oleh ini bisa didapatkan di Kampung Emaus, Distrik Sausapor, Kabupaten Tambrauw. Tiga penjual, yakni Mama Sarce, Mama Lina, Mama Alfonsina, akan membuka lapaknya setiap hari pukul 06.00 sampai 22.00 WIT untuk melayani wisatawan.

Baca juga: Menemukan Tank Perang Dunia II di Hutan Tambrauw

Berikut ini sejumlah buah tangan yang tersedia di lapak sederhana ketiga mama itu.

  1. Noken

Tas tradisional khas masyarakat Papua ini selalu menjadi yang pertama dicari ketika pelancong menginjakkan tanah Papua. Tas dari rotan atau akar itu biasanya berisi sayuran hasil berkebun. Cara membawanya dilingkarkan di dahi. 

Di Tembrauw, noken tak hanya terbuat dari akar, tapi juga benang wol. Noken ini sangat kuat dan bis membawa beban 20 celana jeans serta 50 buah kol. Harga noken akar berkisar Rp 50-100 ribu. Sedangkan noken dari benang wol berkisar Rp 400 ribu.

  1. Manik-manik aksesori budaya

Masyarakat Papua biasanya memakai manik-manik yang dililitkan di tubuh untuk kepentingan upacara adat. Manik-manik itu dilingkarkan di leher dan disampir di samping kanan dan kiri, melewati bagian lengan dan ketiak. Aksesori adat itu dilengkapi dengan kain timur dan noken. Harga manik-manik berkisar RP 100-300 ribu.

  1. Pinang sirih kapur
Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penduduk lokal punya budaya unik, yaitu mengunyah pinang sirih kapur supaya gigi mereka kuat. Pinang sirih kapur akan membuat gigi berwarna merah. Pinang sirih kapur bisa dikemas menjadi oleh-oleh. Per bungkus dijual Rp 10 ribu.

  1. Asbak cenderawasih

Cenderawasih adalah burung ikonis di seluruh Papua. Mengaplikasikan replika cenderawasih pada perabot atau hiasan rumah tentu akan menarik. Salah satu yang bisa Anda pulang dari kerajianan tersebut adalah asbak. Asbak ini dijual seharga Rp 50-100 ribu. Tergantung ukuran besar dan kecilnya. Ada pun asbak ini dibuat dari bambu hutan.

  1. Mahkota kepala burung

Masyarakat adat setempat menggunakan mahkota berbulu burung cenderawasih untuk kepentingan adat. Mereka juga menjual beberapa untuk oleh-oleh. Namun jumlahnya tak banyak. Harganya pun cukup mahal, sekitar Rp 200-300 ribu. 

  1. Anting biji buah dan kayu

Ini mungkin akan menarik bagi para penyuka dandan. Anting-anting yang dijual di Tambrauw cukup etnik. Bahan utamanya terbuat dari biji buah dan kayu. Harganya dibanderol Rp 50 ribu.


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ini Empat Mitos Alam dalam Kehidupan Masyarakat Tambrauw, Papua

27 Mei 2018

Tari kafuk yang diperagakan oleh masyarakat Distrik Miyah, Papua Barat, saat menerima tamu. (Foto: Tempo/Francisca Christy Rosana)
Ini Empat Mitos Alam dalam Kehidupan Masyarakat Tambrauw, Papua

Masyarakat Tambrauw pantang menghadapkan kucing pada cermin. Bila mitos itu dilanggar, sesuatu yang buruk terjadi pada distrik mereka.


Masyarakat Tambrauw Seimbangkan Ekosistem Laut Lewat Ritual Sasi

25 Mei 2018

Seorang nelayan Distrik Werbes, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat, memancing menggunakan tombak manual. TEMPO/ Francisca Christy Rosana
Masyarakat Tambrauw Seimbangkan Ekosistem Laut Lewat Ritual Sasi

Masyarakat Tambrauw meyakini sebuah ritual bernama sasi yang menandai mulai dan berakhirnya musim melaut


Terpukau pada Air Terjun Tujuh Tingkat di Kabupaten Tambrauw

25 Mei 2018

Masyarakat Distrik Miyah mempraktikkan cara mencari ikan di Air Terjun Anenderat atau Air Terjun Tujuh Tingkat, Distrik Miyah, Papua Barat, Rabu, 18 Mei, menjelang petang. Tempo/Francisca Christy Rosana
Terpukau pada Air Terjun Tujuh Tingkat di Kabupaten Tambrauw

Kabupaten Tambrauw mempunyai bentang lanskap yang tak tanggung-tanggung. Salah satunya air terjun tujuh tingkat