Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Turun dari Everest, Pendaki Indonesia Sampai di Advance Base Camp

image-gnews
Fransiska Dimitri Inkiriwang dan Mathilda Dwi Lestari, berjuang mencapai puncak gunung Everest ditengah terpaan badai salju yang suhunya mencapai minus 28 derajat Celcius. instagram.com
Fransiska Dimitri Inkiriwang dan Mathilda Dwi Lestari, berjuang mencapai puncak gunung Everest ditengah terpaan badai salju yang suhunya mencapai minus 28 derajat Celcius. instagram.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Setelah menuntaskan misi mencapai puncak Gunung Everest, tim The Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahitala Universitas Parahyangan (WISSEMU) bergerak turun ke Everest Base Camp. Saat ini Fransiska Dimitri Inkiriwang dan Mathilda Dwi Lestari, 24 tahun, tengah berada di Advance Base Camp (ABC). Mereka rencananya tiba di Tanah Air 1 Juni 2018.

Tim pendukung di Bandung mengabarkan, kedua pendaki dalam kondisi sehat dan turun dengan selamat. "Sudah di ABC kemarin malam, hari ini mereka istirahat dulu di ABC," kata anggota tim pendukung Carolina, Jumat, 18 Mei 2018.

ABC di ketinggian 6.400 meter dari permukaan laut (mdpl) merupakan titik yang dekat dengan Everest Base Camp (EBC) di ketinggian 5.400 mdpl. Lokasi itu juga menjadi tempat menginap saat pendakian.

Akhir Mei nanti mereka rencananya akan meninggalkan Nepal. Tim WISSEMU diperkirakan tiba di Terminal 2 Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta pada 1 Juni 2018.

Misi pamungkas Seven Summits atau tujuh puncak gunung tertinggi di tujuh lempeng benua dunia itu diawali dengan keberangkatan tim ke Nepal pada 29 Maret 2018.

Memulai perjalanan pada 17 April 2018, tim melakukan proses aklimatisasi atau aktivitas adaptasi tubuh pada ketinggian tertentu. Berawal dari Everest Base Camp (5.400 mdpl) hingga ke Camp 1 (7.050 mdpl).

Setelah proses aklimatisasi tim WISSEMU melakukan proses pemulihan di Desa Zhaxizongxiang yang berada pada ketinggian 4.150 mdpl. Pemulihan ini sambil menunggu cuaca dan waktu pendakian terbaik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Fransiska dan Mathilda mulai bergerak naik pada 11 Mei dari Everest Base Camp Tibet (5.200 mdpl). Kemudian Intermediate Camp (5.800 mdpl), menuju Advanced Base Camp (6.400 mdpl) dan beristirahat sehari.

Setelah cukup mengisi tenaga, pendakian menuju Camp 1 (7.050 mdpl), lalu keesokan harinya menuju Camp 2 (7.800 mdpl), dan pada 16 Mei sampai di Camp 3 (8.271 mdpl).

Usai beristirahat selama sekitar tujuh jam di sana, tim memulai summit push. Pada tahap ini di Death Zone atau ketinggian lebih dari 8.000 mdpl, mereka bergerak menuju First Step (8.501mdpl) lalu Mushroom Rock (8.549 mdpl), selanjutnya Second Step (8.577 mdpl), dan Third Step (8690 mdpl).

Perjalanan tersebut penuh dengan tebing bebatuan dan diliputi cuaca yang berangin. Tantangan terakhir sebelum mencapai puncak adalah Summit Ridge (8800 mdpl), yaitu jalan setapak dengan sisi kiri dan kanan jurang yang terjal.

Meskipun sempat bermasalah dengan pernafasan akibat ukuran masker oksigen kebesaran bagi orang Asia, Tim WISSEMU akhirnya menapakkan kaki di puncak Gunung Everest pada tanggal 17 Mei 2018 pukul 05.50 waktu setempat atau 07.05 WIB.

ANWAR SISWADI (Bandung)

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Demi Keselamatan, Pendaki Gunung Everest dari Nepal bakal Diwajibkan Bawa Chip

59 hari lalu

Ilustrasi pendaki Gunung Everest (Pixabay)
Demi Keselamatan, Pendaki Gunung Everest dari Nepal bakal Diwajibkan Bawa Chip

Chip ini diperkirakan akan mulai berlaku pada musim semi mendatang, yang bertepatan dengan dimulainya musim pendakian di Gunung Everest.


17 Landasan Pesawat Paling Berbahaya di Dunia, Ada di Asia hingga Antartika

4 Januari 2024

Daftar landasan pesawat paling berbahaya di dunia, di antaranya Bandara Lukla di pegunungan Everest, Nepal hingga Bandara McMurdo di Antartika. Foto: Canva
17 Landasan Pesawat Paling Berbahaya di Dunia, Ada di Asia hingga Antartika

Daftar landasan pesawat paling berbahaya di dunia, di antaranya Bandara Lukla di pegunungan Everest, Nepal hingga Bandara McMurdo di Antartika.


Pemanasan Global Akibatkan Everest Kehilangan Sepertiga Es dalam 30 Tahun

31 Oktober 2023

Gunung Everest, puncak tertinggi di dunia, dan puncak pegunungan Himalaya lainnya terlihat melalui jendela pesawat selama penerbangan gunung dari Kathmandu, Nepal 15 Januari 2020. REUTERS/Monika Deupala
Pemanasan Global Akibatkan Everest Kehilangan Sepertiga Es dalam 30 Tahun

Gunung Everest di Nepal yang tertutup salju telah kehilangan hampir sepertiga esnya dalam lebih dari 30 tahun akibat pemanasan global


Pejabat Malaysia Meninggal saat Mendaki Everest

31 Oktober 2023

Ilustrasi Gunung Everest (REUTERS)
Pejabat Malaysia Meninggal saat Mendaki Everest

Kementerian Luar Negeri Malaysia memastikan seorang pejabatnya, Parthiban A/L Kandasamy, 38 tahun, meninggal saat melakukan pendakian ke Everest.


Pendaki Wanita Norwegia Taklukkan 14 Puncak Tertinggi Dunia dalam 3 Bulan

27 Juli 2023

Pendaki gunung Norwegia Kristin Harila,  di Kathmandu, Nepal 4 Mei 2023. REUTERS/Navesh Chitrakar
Pendaki Wanita Norwegia Taklukkan 14 Puncak Tertinggi Dunia dalam 3 Bulan

Seorang wanita Norwegia dan pemandu sherpa-nya berhasil mendaki 14 puncak gunung di atas 8.000 meter hanya dalam waktu 3 bulan.


Pendaki Malaysia Diselamatkan dari 'Zona Kematian' Puncak Everest

2 Juni 2023

Ngima Tashi Sherpa berjalan sambil menggendong seorang pendaki Malaysia saat menyelamatkannya dari zona kematian di atas kamp empat di Everest, Nepal, 18 Mei 2023. Pemandu sherpa Nepal ini menyelamatkan pendaki Malaysia yang bergelantungan di tali dan menggigil kedinginan. Gelje Sherpa/Handout via REUTERS
Pendaki Malaysia Diselamatkan dari 'Zona Kematian' Puncak Everest

Seorang pemandu Everest melihat pendaki Malaysia tu berpegangan pada tali dan menggigil kedinginan di daerah yang disebut "zona kematian".


Pria Ini Pecahkan Rekor, 28 Kali Mendaki Puncak Everest

26 Mei 2023

Foto yang diabadikan pada 11 November 2020 ini menunjukkan pemandangan pegunungan Annapurna di Nepal. Annapurna Base Camp (ABC) salah satu destinasi jalur pendakian di barisan Pegunungan Himalaya yang tak kalah tersohor dengan Everest Base Camp.  (Xinhua/Tang Wei)
Pria Ini Pecahkan Rekor, 28 Kali Mendaki Puncak Everest

Seorang pendaki Nepal yang mendaki Gunung Everest mencatatkan rekor ke-28 kalinya minggu ini.


Ekspedisi Malaysia ke Everest, Satu Pendaki Meninggal dan Lainnya Hilang

21 Mei 2023

Pendaki melintasi sungai gletser kering menuju Periche. Dingboche dan Lobouche terdapat tempat bernama Periche dan Thukla. Pericha adalah desa kecil yang sangat indah berada di samping aliran sungai gletser yang jernih. Foto: Robertus Robet
Ekspedisi Malaysia ke Everest, Satu Pendaki Meninggal dan Lainnya Hilang

Satu pendaki anggota tim Misi Everest Malaysia 2023 meninggal, dan seorang lainnya hilang setelah mencapai puncak gunung tertinggi dunia itu.


Ilmuwan Ungkap Alasan Gunung Everest Keluarkan Suara Menakutkan di Malam Hari

4 Mei 2023

Suasana di Everest Base Camp, Nepal. Pendakian ke Puncak Everest dari sisi Nepal, bermula dari Everest Base Camp (EBC), di ketinggian 5.364 meter. Untuk mencapai EBC, pengunjung harus melalui penerbangan domestik dari Kathmandu ke Lukla. Foto: Robertus Robet
Ilmuwan Ungkap Alasan Gunung Everest Keluarkan Suara Menakutkan di Malam Hari

Dr Podolskiy dan timnya menghabiskan tiga minggu menggigil di Gletser Trakarding-Trambau dengan pemandangan penuh Gunung Everest.


Kisah Sejoli Pilot Nepal, Tewas dalam Kecelakaan Pesawat Berselang 16 Tahun

16 Januari 2023

Co-pilot Anju Khatiwada. Foto : ABP News )
Kisah Sejoli Pilot Nepal, Tewas dalam Kecelakaan Pesawat Berselang 16 Tahun

Anju Khatiwada, co-pilot yang menjadi salah korban jatuhnya pesawat Yeti Airlines Nepal, menyusul suaminya, seorang pilot yang tewas 16 tahun lalu.