Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tip Hitchhikking, Jalan-jalan Gratis Tanpa Ongkos Transportasi

image-gnews
Ilustrasi Hitchhiking
Ilustrasi Hitchhiking
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Aktivitas hitchhikking atau melancong dengan cara nebeng sudah lama populer di Amerika dan Eropa. Para backpacker menginisiasinya untuk menekan bujet jalan-jalan.

Pelaku hitchhiking bisa berupa kelompok atau pribadi. Mereka akan berdiri di pinggir jalan dengan mengacungkan jempol. Ini merupakan tanda bahwa mereka meminta tebengan. Adapun pengendara mobil biasanya akan berhenti dan member tebengan.
 
Hitchhikking legal dilakukan di kedua benua tersebut, meskipun beberapa negara menerapkan aturan khusus. Budaya ini lalu berkembang ke negara-negara lain, termasuk Indonesia.
 
Hitchhiking di Indonesia mulai ramai pada 2000-an, tepatnya saat konsep backpacker mulai merebak. Bahkan di beberapa kota, seperti Jakarta, muncul beragam komunitas khusus traveler yang menerapkan konsep perjalanan dengan nebeng seperti ini.
 
Ejie Belula, salah satu pengurus komunitas Hitchikker Indonesia, mengatakan ia dan komunitasnya pernah melakoni perjalanan dengan cara ini sampai ke pulau-pulau yang jauh, seperti Papua. “Kami sama sekali tak mengeluarkan anggaran untuk transportasi,” kata Ejie dalam acara Indofest di Jakarta Convention Center, Minggu, 6 Mei lalu.
 
Namun, meski menggiurkan, perlu tip khusus untuk melakukan perjalanan ala hitchhiking di Indonesia. Budaya yang masih belum terlalu familiar ini membuat risiko hitchhikking lebih tinggi. Berikut ini tip hitchhiking yang dibagi oleh Ejie.
 
1.     Tidak sendiri
 
Ejie menyarankan, traveler tidak melakukan perjalanan hitchhiking sendiri untuk meminimalisasi terjadinya tindak kriminal. Ia menyarankan minimal para hitchhiker pergi berkelompok. Misalnya tiga atau empat orang.
 
2.     Waktu menunggu
 
Waktu menunggu untuk mendapatkan tumpangan memang cukup lama. Jadi, untuk sampai ke tempat tujuan, pelancong tak akan sesuai dengan waktu estimasi normal. “Bila jarak kota selanjutnya yang ingin dituju sekitar 4 jam, hitchhiking membutuhkan 6 jam untuk bisa sampai tempat karena harus mencari tebengan dulu,” kata Ejie. Maka, biasanya traveler perlu menambahkan waktu 2 jam dari estimasi perjalanan pada umumnya.
 
3.     Menunggu tebengan di tempat strategis
 
Tempat aman untuk menunggu tebengan, kata Ejie, ialah yang dekat dengan keramaian dan tempat strategis. Ia menyarankan pelaku hitchhiking berada di gerbang tol, perempatan pasar, dan pom bensin untuk mencari tumpangan.
 
4.     Berdiri di batas aman
 
Pelancong juga harus memperhatikan keselamatan selama menunggu. Ia tidak boleh berdiri terlalu menjorok di badan jalan. “Harus memperhatikan batas jalan. Jangan melebihi garis batas pinggir jalan raya,” ujarnya.
 
5.     Berkomunikasi dengan baik
 
Namanya saja menebeng, tentu pelancong harus memperlihatkan impresi yang baik kepada para calon pemberi tabangan. Ramah, murah senyum, dan beretika baik adalah bekal bagi mereka untuk memperoleh tumpangan.
 
Iklan


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada