Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Nikmatnya Kopi Koteka, Menyambut Pagi dari Timur

image-gnews
Ilustrasikopi. fadquip.com
Ilustrasikopi. fadquip.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Nama Kopi dan Koteka sudah tak asing lagi di telinga kita. Yang satu berupa minuman, satu lagi pakaian untuk menutup kemaluan laki-laki penduduk asli Papua. Kalau keduanya jadi satu dan terhidang dalam secangkir kopi, kira-kira seperti apa rasanya?

Baca juga:
33 Barista Ikut Lomba Meracik Kopi di Monumen Jam Gadang
Apa Istimewanya Kopi Hitam Pahit? Intip Jawaban Hamish Daud

Di Alenia Papua Coffee and Kitchen Kemang, Jakarta Selatan, saya mencicipi secangkir V60 Arabica Papua, pada Kamis 3 Mei 2018. Tepat saat hujan turun, hawa dingin memeluk seketika membikin kopi yang hangat sampai cangkirnya berkeringat seolah meminta segera direguk.

Saya menyingkirkan dripper sebelum menyeruput kopi pekat tersebut. Namun, lebih dulu, ampas kopi di dalam dripper saya dekatkan ke penciuman. Hmmm, aroma asamnya kental mencekat di pangkal hidung. Para pesohor kopi akan menyebut kopi ini memiliki acidity atau tingkat keasaman yang tinggi. Memang beginilah karakter kopi Papua: tegas mulai dari aromanya.

Mencoba menyeruput perlahan menikmati setiap regukan. Kopi itu memenuhi seluruh bagian mulut dan seketika saya dapat mengecap dengan baik rasanya. Ada sensasi citrus yang tertinggal. "Asamnya dekat dengan rasa berry, jeruk, dan peach. Makin tinggi asamnya, penilaiannya makin baik," tutur roaster Curious People Coffee, Hideo Gunawan. Dia menjadi salah satu informan yang akan bercerita tentang serba-serbi kopi Arabica Papua, khususnya yang berasal dari Oksibil, Pegunungan Bintang, Papua.

Penyajian Kopi Koteka khas Oksibil Papua ala V60 di Alenia Papua Coffee and Kitchen Kemang, Jakarta Selatan. TEMPO | Francisca Christy Rosana

Kopi khas Pegunungan Bintang ini diberi nama Kopi Koteka. Terdengar unik namanya karena kopi itu dikemas dalam wadah serupa koteka asli. Bupati Oksibil Costan Oktemka, yang turut mendampingi Hideo, mengatakan Kopi Koteka merupakan kopi asli produksi masyarakat Pegunungan Bintang. "Kami ingin mengenalkan pariwisata Oksibil melalui kopi," ujar Bupati Costan.

Kopi Koteka berjenis Arabica tumbuh di ketinggian lebih dari 1.900 mdpl. Makin tinggi lahan penanaman, menurut Hideo, kian berkualitas pula rasanya. Inilah yang membuat Kopi Koteka menjadi spesial dibandingkan kopi-kopi Arabica Indonesia lainnya yang rata-rata ditanam di ketinggian 1.500 mdpl.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di ketinggian tersebut, hawa dingin dengan suhu rata-rata 18-23 derajat membuat biji kopi matang lebih sempurna. "Suhu ini ideal untuk penanaman kopi," kata Hideo. Proses pematangan menjadi lebih lama karena faktor suhu. Akibatnya, zat gizi akan menumpuk dan rasa kopi cenderung lebih asam. Namun seperti inilah ciri khas kopi yang berkualitas.

Kemasan Kopi Koteka khas Oksibil di Alenia Papua Coffee and Kitchen Kemang, Jakarta Selatan. TEMPO | Francisca Christy Rosana

Kopi-kopi Koteka ditanam di lima distrik di Oksibil. Masing-masing keluarga menanam dan memiliki setidaknya 1.000 pohon dengan hasil produksi berkisar 600 kilogram setahun. Kopi akan didistribusikan ke berbagai wilayah di Papua, seperti Jayapura, pasca-panen raya sepanjang tahun.

Meski baru didistribusikan sampai Jayapura, Kopi Koteka diklaim telah dikenal hingga mancanegara karena pernah dipromosikan ke Eropa dan Australia. Promosi tersebut gencar dilakukan mulai 2016. Untuk mempopulerkannya pun pemerintah menggelontorkan bantuan ke 20 koperasi di sana. Masing-masing koperasi menerima dana Rp 100 juta untuk pengembangan kopi. Bantuan ini dilakukan pemerintah guna mendukung masyarakat memaksimalkan produksi biji kopi, baik biji kering maupun basah.

Hingga bisa dinikmati di atas meja, Kopi Koteka berjenis Arabica di Oksibil memiliki sejarah panjang. Konon, kopi itu tak serta-merta tumbuh di sana. Menurut cerita Bupati Oksibil, kopi tersebut dibawa misionaris asal Belanda masuk ke Papua pada 1970. Dan sejak dipanen pertama kali hingga kini, kopi masih diproses dengan cara manual. "Mulai cara mereka menguliti hingga me-roasting, semua masih tenaga manusia," kata Hideo, yang melakukan penelitian terhadap kopi tersebut pada Februari lalu.

Meski diproses dengan tangan manusia, penduduk setempat telah memiliki insting untuk memperlakukan biji-biji kopi dengan tepat. Misalnya memastikan biji benar-benar merah saat dipetik. Inilah yang membuat Kopi Koteka terjaga kualitasnya.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Yayasan Pusaka: Deforestasi di Papua Periode Januari-Februari 2024 Seluas 765,71 Ha

6 jam lalu

Peta Distrik Sarmi, Papua. google.com
Yayasan Pusaka: Deforestasi di Papua Periode Januari-Februari 2024 Seluas 765,71 Ha

Yayasan Pusaka mengidentifikasi deforestasi di Papua Januari-Februari 2024 seluas 765,71 Ha meski Indonesia mendapatkan dana dari komunitas global.


Perludem Sebut Sistem Noken dalam Pemilu Perlu Diubah, Ini Alasannya

7 jam lalu

Warga pegunungan memberikan hak pilihnya pada Pemilu serentak 2024 Sistem Noken di Kampung Algoni, Distrik Piramid, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan, Rabu, 14 Februari 2024. Sebanyak 1.306.414 orang masuk dalam daftar pemilih tetap di Provinsi Papua Pegunungan yang akan menggunakan hak pilih untuk memilih presiden dan wakil presiden, DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten / Kota dan DPD. ANTARA / Gusti Tanati
Perludem Sebut Sistem Noken dalam Pemilu Perlu Diubah, Ini Alasannya

Perludem mencatat, dari 277 sengketa Pemilu 2024 yang masuk ke MK, hampir 10 persen terjadi di Papua Tengah.


Ke Jokowi, Bos Freeport Janjikan Smelter Gresik Beroperasi pada Juni 2024

11 jam lalu

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas dan Chairman & CEO Freeport McMoran Richard C Adkerson ditemui di Kompleks Kepresidenan Jakarta pada Kamis, 28 Maret 2024. TEMPO/Daniel A. Fajri
Ke Jokowi, Bos Freeport Janjikan Smelter Gresik Beroperasi pada Juni 2024

PT Freeport Indonesia menjanjikan fasilitas pengolahan dan pemurniannya dapat berproduksi penuh pada tahun ini.


Rumah Teuku Wisnu dan Shireen Sungkar Dimasuki Biawak, Seliar Apakah Hewan Ini?

1 hari lalu

Seekor biawak di Pulau Biawak, Indramayu, Jawa Barat, 26 Juni 2014. Pada sore hari, biawak-biawak berenang di tepi pantai untuk memangsa ikan. TEMPO/Aditya Herlambang
Rumah Teuku Wisnu dan Shireen Sungkar Dimasuki Biawak, Seliar Apakah Hewan Ini?

Rumah artis Teuku Wisnu dan Shireen Sungkar dimasuki biawak belum lama ini. Hewan apakah ini? Ada sekitar 80 jenis biawak di seluruh dunia,


Kronologi Kematian 1 Anggota TPNPB-OPM, Ini Penjelasan Polda Papua

1 hari lalu

Kabid Humas Polda Papua, Kombes. Pol. Ignatius Benny Ady Prabowo. Dok Polda Papua
Kronologi Kematian 1 Anggota TPNPB-OPM, Ini Penjelasan Polda Papua

WM telah masuk daftar pencarian orang (DPO) atas kasus penyerangan OPM terhadap pekerja proyek pembangunan Puskesmas Omukia pada Oktober 2023.


KontraS Sebut Langkah TNI Tangani Kasus Papua Belum Cukup, Perlu Evaluasi Total

2 hari lalu

Kepala Divisi Bidang Korupsi dan Politik ICW Ego Primayoga (kanan) dan Peneliti KontraS Rozy Brilian (kiri) memberikan keterangan pada media usai mengantar surat permohonan keterbukaan informasi publik tentang Pemilu 2024 di KPU RI, Jakarta, Kamis, 22 Februari 2024. Dua organisasi itu mencatat sejumlah masalah pemilu seperti pelaporan dana kampanye partai politik maupun calon presiden tidak dapat diakses oleh masyarakat umum. TEMPO/ Febri Angga Palguna
KontraS Sebut Langkah TNI Tangani Kasus Papua Belum Cukup, Perlu Evaluasi Total

KontraS mengatakan perlu dilakukan evaluasi total seluruh langkah dan pendekatan keamanan yang selama ini berlangsung di Papua.


Komnas HAM Papua Sebut Korban Penganiayaan yang Diduga Dilakukan Prajurit TNI Meninggal

2 hari lalu

Ilustrasi TNI. dok.TEMPO
Komnas HAM Papua Sebut Korban Penganiayaan yang Diduga Dilakukan Prajurit TNI Meninggal

Komnas HAM Papua menyebut korban kekerasan yang diduga dilakukan anggota TNI dari Yonif Raider 300/Brajawijaya telah meninggal dunia di Ilaga,


Terus Berulang, Organisasi Masyarakat Sipil Kecam Penganiayaan terhadap Warga Papua oleh Anggota TNI

2 hari lalu

Ilustrasi penganiayaan. siascarr.com
Terus Berulang, Organisasi Masyarakat Sipil Kecam Penganiayaan terhadap Warga Papua oleh Anggota TNI

Anggota TNI kembali melakukan penganiayaan terhadap warga Papua. Begini kata organisasi masyarakat sipil.


Sebby Sambom Sebut Warga yang Dianiaya Prajurit TNI Bukan Anggota TPNPB-OPM

2 hari lalu

Sebby Sambom. phaul-heger.blogspot.com
Sebby Sambom Sebut Warga yang Dianiaya Prajurit TNI Bukan Anggota TPNPB-OPM

Juru Bicara TPNBP-OBM, Sebby Sambom, membantah soal dugaan korban atau warga yang disiksa prajurit TNI merupakan anggotanya.


TNI Sebut Selandia Baru Serahkan Pembebasan Pilot Susi Air ke Pemerintah

2 hari lalu

TPNPB OPM bersama Pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens yang menjadi sandera setahun terakhir. Dokumentasi TPNPB OPM
TNI Sebut Selandia Baru Serahkan Pembebasan Pilot Susi Air ke Pemerintah

Pemerintah Selandia Baru mengakui kedaulatan Indonesia di Papua. Mereka meminta KKB pimpinan Egianus Kogoya segera melepaskan Philip.