TEMPO.CO, Jakarta - May Day alias Hari Buruh tak bisa dilepaskan dari sejarah revolusi industri yang terjadi di Inggris pada akhir abad ke-18. Anda dapat menyelisik kisahnya di People’s History Museum di Kota Manchester, Inggris.
People’s History Museum, yang dulu National Museum of Labour History (sejak 2001 berganti nama), seperti lorong waktu. Keberadaannya akan mengantarkan pengunjung menyaksikan perubahan ekonomi dunia yang terjadi secara masif pasca-Inggris menerapkan kebijakan menggunakan tenaga kerja berbasis manufaktur.
People's History Museum merupakan salah satu museum di dunia yang mengulas sejarah tenaga kerja. Seperti dikutip situs resmi museum, gedung bekas stasiun pemompaan hidrolik itu disulap menjadi pusat edukasi. Perancangnya ialah arsitek kawakan Kota Manchester, Henry Price.
Pembangunan museum bermula dari inisiatif sekelompok aktivis pemerhati buruh untuk mengumpulkan materi sejarah ketenagakerjaan. Kegiatan ini dilakukan pada 1960. Mereka bergerak lantaran prihatin dengan dunia yang seakan-akan tak lagi memperhatikan hak tenaga kerja. Setelah materi komplet, museum dibuka pada 1975.
Bangunan People's History Museum terdiri atas dua lantai dan memiliki luas ruang pameran 1.348 meter persegi. Tiap-tiap lantai menceritakan kisah serikat buruh berdasarkan periodenya. Ada 1.500 koleksi benda sejarah yang ditampilkan.
Ruang demi ruang akan menampilkan informasi lengkap mengenai peristiwa kehidupan tenaga kerja dan serikat buruh di Inggris 200 tahun lalu. Kisah itu ditampilkan dalam gambar kaleidoskop, koleksi foto, dan sejumlah buku yang dihimpun dalam perpustakaan.
Ruang utama museum menceritakan tragedi pembantaian 15 buruh oleh Peterloo Massacre melalui tentara yang terjadi pada 1819. Waktu itu, 60 ribu orang berkumpul di jalanan Manchester untuk melayangkan protes terhadap kesewenang-wenangan yang berdampak pada kemiskinan.
Ruang selanjutnya menampilkan koleksi khusus yang menceritakan ide-ide Thomas Paine. Tak banyak yang tahu bahwa ide-ide Thomas Paine memicu terjadinya revolusi di Amerika dan Prancis. Paine menulis karya besar The Rights of Man. Dalam buku itu, ia menentang pemerintahan yang turun-temurun dan mengenalkan sistem pajak penghasilan. Karyanya lalu dianggap karya abadi yang tak ternilai harganya. Di ruangan khusus itu terdapat meja tempat Paine menulis bukunya pada 1792.
Selain dua ruang khusus ini, People's History Museum memiliki ruang yang dapat disewa, toko yang menjual berbagai buku dan suvenir, serta kafe Left Bank,dengan teras di tepi sungai.
Museum buka setiap hari pukul 10.00-17.00. Pada Selasa pekan kedua, museum buka lebih lama, yakni hingga pukul 20.00. Sedangkan setiap tahun, pada 24,25,26 Desember dan 1 Januari, museum tutup.
Phm.org.uk | Labourhistory.org.au | Wikipedia