TEMPO.CO, Surabaya - Tak melulu rujak cingur, bubur Madura menjadi salah satu pilihan sarapan di Jawa Timur, khususnya Kota Surabaya. Sebab penduduk pulau yang terkenal dengan kesenian caroknya itu banyak merantau ke kota pahlawan.
Bubur Madura bisa ditemukan di pasar-pasar tradisional, seperti di Pasar Atom, Jalan Bunguran. Namun, bila tak sempat blusukan ke pasar, Anda bisa menjumpai penjual bubur Madura di Jalan Walikota Mustajab, yang dapat ditempuh 10 menit berkendara dari Stasiun Gubeng.
Baca juga: Sarapan Pisang Goroho Sambal Roa Berlatar Pemandangan Danau Linow
Tepat di samping warung sate klopo legendaris Ondomohen Bu Asih, seorang perempuan 50-an tahun saban hari membuka lapak dagangan buburnya. Dia adalah Sulimah, perantau dari Madura.
Di atas dua bangku plastik, dia menaruh kuali kecil yang berisi adonan bubur Madura. Pembeli yang mampir jajan ke lapak sederhananya, umumnya adalah pelanggan sate Ondomohen. "Setelah makan sate, enaknya ya ditutup dengan bubur," kata Novi Yuliana, warga asli Surabaya, yang ditemui lapak Bu Sulimah, Minggu, 29 April 2018.
Sulimah, penjaja bubur Madura di Surabaya, sedang meracik bubur untuk pelanggan. TEMPO/Francisca Christy Rosana
Tempo juga memesan bubur itu atas rekomendasi Novi. Dia kerap sarapan bubur Madura Sulimah sebelum memulai aktivitas pagi. Ada berbagai macam varian bubur Madura. Di antaranya bubur polos, bubur klanting, dan bubur lupis.
"Klanting itu seperti cemilan dari tepung kanji, kalau di Jawa Tengah namanya cenil," kata Sulimah. Sedangkan lupis adalah lontong yang terbuat dari ketan.
Tempo memilih bubur polos, tanpa campuran klanting dan lupis, supaya tak terlalu mengenyangkan. Bubur polos berisi bubur sumsum, ketan hitam, srete atau biji salak, dan pentol yang terbuat dari tepung kanji. Pada bagian akhir, Sulimah akan menuangkan kuah gula aren.
Bahan-bahan itu dituang ke piring yang terbuat dari daun pisang bernama pincukan. Sendok yang dipakai pun terbuat dari daun yang sama. Kesan tradisional melekat setelah pelanggang menerima sepaket pincukan bubur Madura dari Sulimah.
Pelanggan akan menyantap bubur Madura di tepi trotoar yang teduh. Pepohonan rindang yang tumbuh di sisi jalur pedestrian bakal memayungi mereka sehingga tak terasa panas.
Meski jajanan pinggir jalan, rasa bubur Madura Sulimah tak bisa diremehkan. Tekstur bubur yang amat lembut dengan santan yang kental akan memberi kesan mengejutkan pada santapan pertama. Rasa manis yang tak terlalu pekat dan campuran gurih dari ketan membikin bubur itu terkecap sangat padu.
Sepiring bubur Madura polosan dibanderol Rp 8 ribu. Sedangkan bubur lupis dan klanting dijajakan Rp 10 ribu. Sulimah membuka lapaknya tiap pukul 07.00 sampai 13.00 WIB.
Artikel Lain: Kue Denderam Riau, Si Keling Nan Legit untuk Sarapan