TEMPO.CO, Kupang - Kepala Taman Nasional (TN) Komodo Budi Kurniawan memastikan ekosistem bawah laut di perairan kawasan wisata Komodo saat ini masih terjaga dengan baik. "Kami selalu menjaganya," kata Budi Kurniawan saat dihubungi Antara dari Kupang, Senin, 24/4.
Ia menanggapi pemberitaan media asal Inggris, The Guardian, yang menyebutkan ekosistem bawah laut di kawasan wisata Komodo mulai perlahan rusak. Budi menyayangkan media tersebut tidak disebutkan secara jelas di mana lokasi ekosistem yang rusak.
"Kalau ada kami pastikan akan diperiksa," kata dia.
Baca juga: Belum Tertangani, Sampah di Pulau Komodo Jadi Perhatian UNESCO
Ia menjelaskan, terdapat sekitar 40 lebih titik selam di sekitar kawasan wisata Komodo yang selama ini terus dipantau dalam patroli laut. Menurut dia, kondisi kerusakan yang disebutkan mungkin saja yang tampak sekitar 10 tahun lalu, ketika masyarakat setempat belum memahami konservasi.
Belum lama ini Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Nusa Tenggara Timur Abed Frans mengemukakan sampah di kawasan Taman Nasional Komodo sudah disoroti Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).
"Selama ini, wisatawan asing memang mengeluh soal sampah di Komodo. Masalahnya, sampai sekarang belum teratasi juga sehingga UNESCO pun mulai menyoroti," kata Abed di Kupang, Senin, 23 April 2018.
Ia menjelaskan, para wisatawan yang menyelam di perairan Taman Nasional Komodo banyak menemukan sampah. Ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang masih bersih. "Kasihan wisatawan yang spesialis menyelam dan berselancar. Bukannya pemandangan bawah laut indah yang mereka dapati, tapi sampah dan kerusakan ekosistem," kata Abed.
Budi menegaskan saat ini kondisi perairan dan pulau-pulau dalam kawasan terjaga baik. Ia mengklaim Taman Komodo terus menyosialisasikan berbagai aturan zonasi berkaitan dengan titik-titik selam baik kepada nelayan maupun wisatawan.
Budi menambahkan saat ini terus dilakukan pembenahan instrumen regulasi.Salah satunya, kata dia, sedang disusun daya dukung kawasan (carring capacity) dan persiapan penerapan sistem online untuk mengantisipasi kelebihan jumlah pengunjung.
ANTARA
Artikel lain: Singkawang Siap Sambut Ramadan dengan Pasar Juadah