Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kasus Turis Angkat Terumbu Karang, Tip Memperlakukan Biota Laut

image-gnews
Greenpeace mengangkat isu terumbu karang di Raja Ampat. Kredit: Greenpeace
Greenpeace mengangkat isu terumbu karang di Raja Ampat. Kredit: Greenpeace
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Warganet belakangan dihebohkan dengan unggahan gambar bergerak seorang wisatawan mengangkat terumbu karang yang ada  anemon lunak dan ikan nemo ke permukaan laut. Video itu dibagikan sebuah akun yang tampaknya merupakan operator travel di Instagram, Senin lalu, 16 April.

Menyaksikan perilaku tersebut, warganet menorehkan reaksi keras. Mereka mengkritik perilaku wisatawan yang dianggap dapat merusak biota laut. Beberapa di antaranya melontarkan dugaan bahwa orang dalam gambar, berikut operator wisatanya, tak terlampau paham dengan adab bertemu dengan penguhuni segara.

Baca juga: Viral Video Turis Angkat Terumbu Karang, Warganet Bereaksi Keras

Menanggapi hal ini, Sekretaris Jendral atau Sekjen Pengurus Besar Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI) Aditya Vilyanto, saat dihubungi pada Rabu, 18 April, memaparkan beberapa informasi dasar mengenai etika menyelam dan bertemu dengan biota laut. Baik untuk penyelaman model scuba alias scuba diving maupun penyelaman dangkal atau snorkeling.

1. Cara memperlakukan soft coral

Koral lunak atau soft coral tak boleh dipegang sama sekali oleh penyelam. Sebab, koral lunak merupakan makhluk hidup yang sensitif. Apalagi proses tumbuh berkembangnya koral lunak berlangsung puluhan tahun. Koral lunak biasanya juga merupakan tempat untuk berkembang-biak ikan.

2. Menyentuh terumbu karang keras hanya dalam keadaan genting

Penyelam boleh menyentuh terumbu karang keras, utamanya yang sudah mati, asal tengah berada dalam keadaan genting dan bahaya. "Boleh dipegang bila penyelam sedang terpapar arus bawah, baik arus vertikal maupun horisontal, untuk pertahanan diri," kata Aditya.

Dalam pesan suara tersebut, Aditya menegaskan berulang-ulang, bahwa karang yang boleh disentuh dalam keadaan bahaya adalah karang keras. "Kalau koral lunak sama sekali tidak boleh dipegang," ujarnya.

3. Cara mendeteksi karang mati dan hidup

Penyelam disarankan memiliki pengetahuan tentang ciri-ciri dasar karang yang sudah mati dan masih hidup. Pengetahuan ini salah satunya bisa didapat ketika mereka mengikuti kursus menyelam, khususnya menyelam di laut dalam.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Karang sudah mati, kata Aditya, punya warna yang lebih kusam. Sedangkan karang hidup akan bersinar bila terkena cahaya matahari. Penyelam kudu memperlakukan karang hidup layaknya makhluk hidup lain.

4. Cara snorkeling di laut dangkal

Di lokasi tertentu, misalnya di laut dangkal, yang tak sampai 1,5 meter, penyelam kudu mengapung. Artinya, mereka tak boleh berada dalam posisi berdiri. Sebab, dalam posisi berdiri, karang akan berpotensi terinjak.

Begitu juga dengan kapal. Dalam keadaan laut dangkal berkarang demikian, kapal tidak boleh anker atau melempar jangkar untuk bersandar. "Apalagi di kawasan terumbu," ujarnya.

5. Tak memberi makan ikan saat di laut

Selain tak boleh menyentuh, wisatawan juga tak disarankan memberi makan ikan di laut. Sebab, dikhawatirkan, perilaku ikan mencari makan bakal berubah. "Di laut, sudah tersedia makanan bagi mereka sendiri," katanya.

Pelancong hanya boleh memberi makan ikan di penangkaran. Sebab, kebiasaan alias tata cara makan ikan di penangkaran sudah berubah dari habitat aslinya. "Ikan di penangkaran mengandalkan makanan dari manusia," ujarnya. Selain itu, Aditya mengimbau pola penangkapan ikan di laut lepas tak boleh sporadis.

6. Berinteraksi dengan ikan

Meski tak boleh menyentuh terumbu karang, penyelam tetap diperkenankan berinteraksi dengan ikan. Namun kudu pelan-pelan dan peka. Penyelam tak disaranka membuat gerakan yang membikin ikan stres. "Apalagi dengan ikan yang berbahaya, seperti pari. Kudu hati-hati karena bisa berisiko melukai penyelam," ujarnya.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


6 Kegiatan Seru di Jakarta Aquarium untuk Liburan Akhir Pekan

45 hari lalu

Pengunjung menyentuhkan tangannya ke bintang laut (Asteroidea) di Jakarta Aquarium dan Safari, Jakarta, Selasa 3 Mei 2022. Warga Jakarta dan sekitarnya memanfaatkan libur lebaran untuk berekreasi bersama keluarga ke tempat-tempat wisata di Ibu Kota. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
6 Kegiatan Seru di Jakarta Aquarium untuk Liburan Akhir Pekan

Salah satu kegiatan seru di akhir pekan yang bisa Anda coba adalah dengan mengunjungi Jakarta Aquarium. Berikut harga tiket, lokasi, dan jam bukanya.


Libur Natal, Pengunjung Oceanarium BXSea di Bintaro Xchange Membludak

24 Desember 2023

Oceanarium BXSea di Bintaro XChange menjadi objek wisata baru di Kota Tangerang Selatan yang banyak didatangi pengunjung pada momen libur natal dan tahun baru 2024, Ahad, 24 Desember 2023. Foto: TEMPO/Muhammad Iqbal
Libur Natal, Pengunjung Oceanarium BXSea di Bintaro Xchange Membludak

Oceanarium BXSea merupakan tempat wisata baru di Tangerang yang terletak di Bintaro Jaya XChange Mall


KKP Ajak Gen Z Surabaya Lestarikan Biota Laut dan Ekosistemnya

1 November 2023

KKP Ajak Gen Z Surabaya Lestarikan Biota Laut dan Ekosistemnya

KKP melalui Ditjen PKRL mengajak generasi muda di Surabaya untuk melestarikan biota laut dan ekosistemnya dengan menjaga kebersihan dan kesehatan laut.


Konflik Rempang Eco-city Berlajut, Giliran Nelayan Tradisional Tolak Investasi

3 Oktober 2023

Nelayan Pulau kecil di  Rempang sedang mencari ikan di pesisir laut Pulau Rempang, Kota Batam, Selasa (3/10/20223). Foto Yogi Eka Sahputra. Mas fardi tolong diarsip ya. Makasih
Konflik Rempang Eco-city Berlajut, Giliran Nelayan Tradisional Tolak Investasi

Nelayan menyadari proyek tahap awal Rempang Eco-city yaitu pabrik kaca dari Cina akan merusak ekosistem laut. "


Ingin Wisata Terumbu Karang di Nusa Penida? Cek Tarifnya

4 Juli 2023

Ikan-ikan warna warni dan terumbu karang yang menghiasi bawah laut Crystal Bay, Nusa Penida. (shutterstock.com)
Ingin Wisata Terumbu Karang di Nusa Penida? Cek Tarifnya

Dengan tarif Rp 100 ribu, wisatawan bisa menjelajahi kebun terumbu karang di Nusa Penida dan melihat berbagai jenis ikan berenang bebas di antaranya.


Ahli Ekologi Beberkan Dampak Pengerukan Pasir Laut, Mulai dari Kematian Terumbu Karang Hingga Punahnya Biota laut

13 Juni 2023

Ilustrasi pengerukan pasir laut. Shutterstock
Ahli Ekologi Beberkan Dampak Pengerukan Pasir Laut, Mulai dari Kematian Terumbu Karang Hingga Punahnya Biota laut

Ahli Ekologi menilai kebijakan pemerintah dalam membuka kembali keran ekspor pasir laut akan berdampak negatif pada ekosistem laut.


Jokowi Terbitkan Izin Ekspor Pasir Laut, Pengamat Soroti Minimnya Diskusi dengan Nelayan dan Masyarakat Lokal

28 Mei 2023

Suasana suatu pagi di Tanjung Setia, Pesisir Barat, para peselancar berjalan di tepian pantai mencari gulungan ombak. Tempo/Amston Probel
Jokowi Terbitkan Izin Ekspor Pasir Laut, Pengamat Soroti Minimnya Diskusi dengan Nelayan dan Masyarakat Lokal

Direktur Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman menanggapi langkah Presiden Jokowi membuka kembali ekspor pasir laut.


Yura Yunita Lakukan Freediving, Apa bedanya dengan Snorkeling?

27 Februari 2023

Roberta Mancino saat melakukan freediving di sela-sela kesibukannya sebagai model. Instagram.com/Mancinoroberta
Yura Yunita Lakukan Freediving, Apa bedanya dengan Snorkeling?

Yura Yunita rayakan keberhasilan lagu Jalan Pulang sebagai trending nomor satu di Youtube dengan melakukan freediving. Apa bedanya dengan snorkeling?


Farmasi UI dan BRIN Sulap Biota Laut Jadi Bahan Baku Obat Kanker dan Diabetes

19 Januari 2023

Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FF UI) bekerja sama dengan Pusat Riset Vaksin dan Obat, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan bahan baku obat dari biodiversitas bahan alam Indonesia. Kolaborasi ini diresmikan dengan penandatanganan perjanjian kerja sama oleh Dekan FF UI, Prof. Dr. apt. Arry Yanuar, M.Si., dan Kepala Pusat Riset Vaksin dan Obat BRIN, Dr. Masteria Yunovilsa Putra, pada Rabu 18 Januari 2023. Dok. UI
Farmasi UI dan BRIN Sulap Biota Laut Jadi Bahan Baku Obat Kanker dan Diabetes

UI dan Brin mengembangkan bahan baku obat dari biodiversitas bahan alam Indonesia. Ini hal yang akan dilakukan.


Aquarium Terpanjang di Indonesia ada di Pangandaran, Seru Dikunjungi saat Liburan

13 Januari 2023

Aquarium Terpanjang di Indonesia ada di Pangandaran, Seru Dikunjungi saat Liburan

Aquarium Indonesia di Pangandaran merupakan Aquarium dengan jedela terpanjang di Indonesia hingga mencapai 33 meter