TEMPO.CO, Jakarta – Situs Stonehenge masih menjadi misteri hingga kini. Sejumlah ilmuwan terus membahas berapa usia pasti bebatuan yang terletak di Wiltshire, Inggris, 13 kilometer dari barat laut Salisbury, itu.
Bersamaan dengan hal tersebut, situs Science Alert, pada 10 April, menulis temuan baru perihal Stonehenge. Dalam tulisan berjudul An Archaeologist Says Parts of Stonehenge Were There Long Before Any Humans (Seorang Arkeolog Mengatakan Bagian-bagian Stonehenge Telah Ada Jauh Sebelum Peradaban Manusia), arkeolog asal Inggris, Mike Pitts, dikabarkan telah menemukan bukti baru.
Baca juga: Menikmati Wisata Batu Misterius ala Stonehenge di Indonesia
Pitts menyebut, dua batu terbesar, yakni Heel Stone dan Stone 16, di situs Stonehenge, yang disebut sarsens, telah ada di lokasi itu sejak jutaan tahun lalu. Tidak seperti batu-batu yang ditemukan di monumen sebelumnya, dua batu besar yang diteliti Pitts sama sekali belum diukir atau dibentuk dengan apa pun.
Adapun Sputniknews menyebut, saat Pitts melakukan penelitian pada 1970-an di dekat Heel Stone, ia menemukan lubang besar. Pitts memprediksi batu itu diangkat keluar dari lubang, bukan dibawa dari tempat lain.
Pitts juga menemukan ada sebuah garis yang merentang di antara batu-batu itu. Garis yang melewati dua batu besar ini menunjuk pada lokasi jatuhnya matahari di bawah cakrawala saat pertengahan musim panas dan pertengahan musim dingin.
"Itu semua menunjukkan Stonehenge muncul tak lama pada 3000 SM," katanya.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | WIKIPEDIA