TEMPO.CO, Jakarta - Puncak Festival Pesona Tambora telah digelar Rabu lalu, 11 April 2018, di Dompu, Bima, Nusa Tenggara Barat. Pada perayaan tersebut, ribuan wisatawan diajak menyaksikan keindahan Gunung Tambora di Pulau Sumbawa melalui kacamata seni, sejarah, dan budaya.
Di kaki Gunung Tambora, sejumlah pentas daerah, seperti tari Nggahi Rawi Pahu, ditampilkan. Bersamaan dengan itu, digelar pula beragam pertunjukan yang dikemas melalui sejumlah acara yang mempertontonkan kekuatan budaya lokal, layaknya Tano Festival.
Ada pula kegiatan yang memacu adrenaline, yakni Tambora Challenge. Pada kegiatan tersebut, peserta akan berlari sepanjang 320 kilometer. Kompetisi lari di kawasan Gunung Tambora tercatat sebagai lomba lari terpanjang di dunia saat ini.
Festival Tambora telah berlangsung berturut-turut setiap tahun sejak 2015. Acara itu diselenggarakan untuk memperingati peristiwa meletusnya Gunung Tambora yang terjadi pada tahun 1885. Konon, letusan besar Gunung Tambora menyebabkan perubahan iklim dunia dan matahari tidak dapat menyinari sebagian wilayah Eropa selama setahun.
Festival Pesona Tambora digadang-gadang mampu mempromosikan potensi alam Pulau Sumbawa ke mata dunia. Apalagi didukung dengan latar cerita yang bersejarah.
“Magnet gunung Tambora dan komposisi yang dimiliki Pulau Sumbawa akan mampu menarik lebih banyak wisatawan,” ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam rilis Kementerian Pariwisata yang diterima Tempo pada Rabu, 11 April.
Festival Pesona Tambora tak hanya mengangkat eksotisme gunung, tapi juga lanskap lain di sekitarnya yang meliputi pantai dan perkampungan nelayan. Tak cuma itu, pulau-pulau di sekeliling Gunung Tambora, seperti Pulau Moyo, juga ikut terangkat dengan digelarnya festival.