TEMPO.CO, Jakarta - Jalur pendakian Gunung Semeru mulai kembali dibuka pada 4 April lalu. Sejak hari pertama, para pendaki sudah berbondong-bondong mengunjungi kawasan resort Ranu Pane di Lumajang, Jawa Timur.
Ranu Pane adalah desa terakhir tempat persinggahan pendaki sebelum melanjutkan perjalanan ke Gunung Semeru. Di antara para pendaki yang singgah di Ranu Pane dan hendak menanjak ke gunung tertinggi di Pulau Jawa itu, tampak wajah-wajah turis asing ikut.
Seorang pemilik homestay di desa tersebut, Thomas, mengatakan pondoknya kerap disinggahi turis Prancis, Jerman, Cina, dan Malaysia, sebelum mereka melakukan aktivitas penanjakan. “Pekan depan ada 70 orang dari Prancis mau menginap di sini sebelum nanjak (mendaki),” kata Thomas saat ditemui di Desa Ranu Pane pada Minggu, 8 April 2018.
Selain menyiapkan kamar, Thomas kudu menyediakan makanan buat para pendaki itu. Makanan tersebut khususnya disiapkan untuk bakal perjalanan. Mereka kebanyakan tak meminta menu berbumbu western. “Karena mereka punya makanan favorit, yaitu makanan-makanan lokal,” ujarnya. Menurut Thomas, pendaki dari masing-masing benua punya makanan kesukaannya sendiri-sendiri.
Pendaki Eropa, misalnya, mereka selalu memesan perkedel jagung dan perkedel kentang. Kentang yang dimasak berasal dari ladang penduduk setempat. Sehingga rasanya lebih segar. “Mereka suka dengan rasa kentangnya, yang segar dan diolah dengan bumbu,” kata Thomas.
Seperti orang Indonesia, turis asal Eropa memfungsikan perkedel sebagai lauk dan nasi sebagai makanan pokoknya. Selain perkedel, pecel juga digandrungi. Pecel khas Jawa Timur yang disajikan kepada turis ini berisi sayuran segar yang dipanen oleh warga lokal. Namun, khusus tamu asing, Thomas memasak bumbu pecel yang tak pedas.
Adapun turis Asia, seperti dari Cina atau Malaysia, mereka menyukai masakan berupa sayur, seperti lodeh, sop, dan rawon. “Khusus Malaysia, biasanya mereka minta menu-menu dimasak pedas,” kata Thomas.
Bahkan, untuk menambah citarasa pedas, kepada Thomas, para pendaki itu acap minta dibuatkan sambal ulek dan sambal bajak.
Teh lokal juga tak kalah menjadi favorit turis dari Asia, khususnya Cina, untuk menghangatkan tubuh. Saking gandrungnya dengan ras teh lokal yang sedikit sepat, orang-orang dari Cina kerap membawa pulang teh tersebut untuk oleh-oleh.
Artikel lain: Fakta Tentang Dublin, Kota Asal Band The Script