TEMPO.CO, Mataram - Sejak tujuh tahun terakhir, Lombok kerap didatangi ratusan penggemar sepeda balap dari berbagai negara di dunia. Mereka berdatangan untuk menjajal lintasan tanjakan dan turunan di sepanjang kawasan wisata. Ini bukan pembalap sepeda konvensional, tapi pembalap sepeda maraton yang jarak tempuhnya hingga 500 kilometer.
Ajang balap sepeda maraton ini diperkenalkan di Lombok oleh eks-atlet rowing asal Jerman, Axel Moeller, bersama istrinya, Tenne Permatasari, asal Indonesia. Menggunakan "bendera" Gran Fondo New York (GFNY), mereka sudah menyelenggarakan dua kali kegiatan di Lombok. Pada Oktober 2016 diikuti 600 orang dan September 2017 diikuti 800 orang, sekali di Bali dan selanjutnya di Samosir, Sumatera Utara, pada September 2018.
Baca juga: 7 Ajang Wisata Sepeda yang Menantang di Tahun 2018
Sebelumnya, kegiatan ini dinamai Lombok Audax dan juga Toba Audax yang banyak diikuti oleh penyuka sepeda di Indonesia. "Melihat kami bisa mengorganisasi kegiatan secara baik, GFNY menunjuk sebagai penyelenggara di Indonesia," kata koordinator GFNY Indonesia, Tenne Permatasari, kepada Tempo.
Deputi Bidang Pemasaran dan Pariwisata Kementerian Pariwisata RI Esti Reko Astuty mengajak peserta sambil berlomba menikmati pemandangan alam di Lombok ketika melepas GFNY Indonesia 2017 yang diikuti 800 orang peserta dari 33 negara.
Tenne menjelaskan, peserta GFNY yang tidak mengejar hadiah uang tersebut, jika mengikuti kegiatan, bisa berada di lokasi hingga 1-2 pekan bersama keluarga. Kalau peserta lokal Indonesia bisa menghabiskan liburan selama 5-7 hari. Seorang presiden direktur perusahaan di Jakarta juga mengagumi Lombok. Lombok dinilai bagus untuk company gathering dan family gathering. "Akhirnya mereka kembali sebagai repeat visitor," ucap Tenne.
Menjelang penyelenggaraan GFNY di Samosir pada September 2018, menurut dia, keindahan alam dan jalan yang mulus akan menyapa para peserta. Dulu, jalanan di Samosir terhitung jelek. Kini menjadi bagus karena adanya 152 kilometer Gran Fondo dan 108 kilometer Medio Fondo 108 km. "Jalannya harus mulus dan ada tanjakan dan view yang bagus. Kalau flat rata-rata membosankan," katanya.
Baca juga: Pusuk Bike Park, Trek Baru Wisata Sepeda Gunung di Lombok
SUPRIYANTHO KHAFID