TEMPO.CO, Bandung - Dua mahasiswi Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung, akan berangkat ke Himalaya pekan depan, Kamis, 29 Maret 2018. Anggota tim The Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahitala-Unpar, Fransiska Dimitri Inkiriwang dan Mathilda Dwi Lestari ingin menuntaskan misi ekspedisi pendakian tujuh gunung tertinggi di tujuh benua. Puncak Everest menjadi penutup rangkaian kegiatan ini.
Rencananya, ekspedisi pamungkas itu akan dimulai sesuai musim pendakian Everest pada awal April. Waktu pencapaian puncak sekitar pertengahan Mei. "Di atas tanggal 14 perkiraannya," kata Mathilda, Jumat, 23 Maret 2018.
Baca juga: Lokasi Terkenal di Everest, Hillary Step, Telah Ambruk
Selama satu setengah bulan mereka akan hidup dan tinggal di Everest bersama pendamping warga lokal (sherpa). “Taksiran biaya pendakian ke Everest sekitar Rp 1,8 miliar per orang,” kata Fransiska alias Deedee.
Apa pun nanti yang terjadi di Everest, mereka berdua mengaku pasrah dan ikhlas. Selain latihan fisik dan simulasi pendakian ke puncak yang memakan waktu selama 24 jam, mereka akan mengikuti segala arahan dan masukan dari pemandu agar bisa pulang ke Tanah Air dengan selamat.
Kesuksesan misi ini sekaligus bakal menjadikan mereka sebagai pendaki perempuan pertama dari Indonesia yang mencapai "Atap Dunia". Puncak Everest berketinggian 8.848 meter dari permukaan laut (mdpl).
The Women of Indonesia's Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (WISSEMU) dimulai sejak 2014. Misinya berawal dari pendakian ke puncak Carstensz Pyramid di Papua setinggi 4.884 mdpl. Selanjutnya puncak Gunung Elbrus (5.642 mdpl) di Rusia, Gunung Kilimanjaro (5.895 mdpl) di Tanzania, dan Gunung Aconcagua (6.962 mdpl) di Argentina.
Merah Putih terus mereka kibarkan bersama suara angklung di puncak Gunung Vinson Massif di Antartika, dan ke puncak Gunung Denali di Alaska, dan sebentar lagi di Everest.
ANWAR SISWADI
Artikel Lain: Wawancara dengan 2 Perempuan Indonesia Pendaki Seven Summits