TEMPO.CO, Mataram - Masyarakat Kabupaten Bima akan memperingati meletusnya gunung Tambora pada 11 April 1815 dengan melakukan pendakian ke puncak Tambora melalui pintu masuk Kawinda Toi.
Kegiatan Teka (Naik) Tambora ini dijadwalkan pada 11 April 2018. Peserta 300-an orang pendaki akan membentangkan bendera merah putih sepanjang 203 meter, sesuai usia letusan Tambora itu.
Baca juga: Sebulan Lagi Festival Pesona Tambora di Doro Ncanga Dompu
Kegiatan pendakian ke puncak Gunung Tambora oleh anggota komunitas pencinta alam ini akan dipimpin oleh Jenateke (Putra Mahkota) Muhammad Putera Ferriyandi juga putera sulung Bupati Bima Indah Dhamayanti Putri. "Kali ini, ada delapan kegiatan festival dari Bima," kata Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat, Lalu Moh. Faozal, Selasa, 20 Maret 2018.
Delapan kegiatan ini, di antaranya jelajah alam termasuk Festival Perahu Lawata Fest berupa lomba dayung, perahu hias, Sakosa Bike Tour dari pantai Lariti hingga Taman Wisata Kalaki.
Lantas di Kabupaten Dompu di sebelah barat Kabupaten Bima, diselenggarakan 12 kegiatan yang mendukung Festival Pesona Tambora 2018 yang kali ini memasuki tahun keempat sebagai kalender nasional pariwisata.
Menurut Kepala Tata Usaha Taman Nasional Tambora Deny Rahadi, jarak pendakian via pintu Kawinda Toi Kecamatan Tambora, Kabupaten Bima, memerlukan waktu tempuh dua hari satu malam. Di jalur pendakian tersebut terdapat tiga air terjun Bidadari di sungai Oi Marai. "Satu aliran sungai ada tujuh air terjun," ujar Deny Rahadi.
Menariknya, debit air terjun tersebut cukup tinggi yang tumpah dari ketinggian 20 meter lebih. Di kiri kanannya berupa hutan tutupan yang rapat. Di sana, terdapat berbagai jenis pohon Bajur, Kesambi, dan Beringin.
"Indahnya mengalahkan air terjun di tempat lain di NTB. Bagaikan mata air di gurun," ucapnya. Bupati Bima Indah Dhamayanti Putri sampai lupa melepas pakaian seragamnya sewaktu menikmati sejuknya air terjun tersebut. "Caru Poda (bagus sekali)," kata Deny Rahadi.
Di luar kawasan Taman Nasional Gunung Tambora, di desa Oi Bura, Kecamatan Tambora, Kabupaten Bima, terdapat kegiatan Sangreh (roasting) yaitu mengolah kopi Tambora tanpa minyak. Di sana, wisatawan bisa melihat kegiatan tradisional memetik, pengeringan, penggorengan, hingga pengemasan sehingga kualitas terjamin. Kegiatan industri rumah tangga ini juga bisa diikuti di Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu.
Salah seorang pemandu pendakian, Muhammad Sudirman alias Imam, mengatakan jelajah Tambora yang disiapkan oleh Jeneteke Muhammad Putera Ferriyandi adalah paket Teka Tambora yang berbiaya Rp 1 juta atau Rp 2,5 juta untuk tiga orang wisatawan. Ongkos ini sudah termasuk biaya transportasi, akomodasi dan konsumsi.
Dari Bima ke Kawinda Toi ini memerlukan waktu sekitar lima jam perjalanan darat. Untuk ke puncaknya sejauh sekitar 18 kilometer memerlukan waktu 12 jam pendakian. Adapun Teka Tambora ini dimulai dari kunjungan ke Museum Asi Mbojo, Doro Raja, Makam Raja Sanggar, mata air Tampiro di Kore Sanggar, lomba penggorengan kopi Tambora, kegiatan penghijauan, dan air terjun tujuh Bidadari sebelum ke pendakian ke puncak Tambora. ''Sampai di puncak mengibarkan bendera selebar satu meter sepanjang 203 meter,'' ujar Imam.
Adapun posisi bibir kaldera Tambora tercatat memiliki ketinggian 2.400 meter di atas permukaan laut (dpl), dari dasar kaldera mencapai sekitar 1.300 meter dpl. Jadi kedalaman kaldera dari bibir atasnya sejauh 1.100 meter. ''Spektakuler,'' kata Perekayasa Fungsional Museum Geologi Bandung yang berulang kali melakukan survei Tambora.
Tinggu Gunung Tambora sebelum meletus diperkirakan 4.200 meter atau lebih tinggi dari gunung Rinjani di Lombok. Letusan pada 1815 ini adalah yang terdahsyat di dunia.
Gunung api Tambora merupakan gunung api aktif strato tipe A yang ketinggiannya 2.851 meter memiliki kaldera bergaris tengah bibir 7 kilometer dan dasar kawah 3.500 kali 4.000 meter, serta mempunyai kedalaman mencapai 950 meter. Di selatan dalam kaldera terdapat kerucut parasit Doro Api Toi bergaris tengah mencapai 100 meter dengan ketinggian 10 meter yang merupakan pusat kegiatan gunung api Tambora saat ini.
Letusan gunung Tambora yang terjadi 10 -11 April 1815 berakibat terbentuknya lubang sedalam satu kilometer dan radiusnya tujuh kilometer, diketahui telah mengakibatkan terkuburnya tiga kerajaan lokal di Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima. Yaitu Kerajaan Pekat, Sanggar, dan Tambora yang merupakan taklukan dari kerajaan Bima.
Akibat letusannya yang ukurannya 10 kali lipat dari letusan Krakatau, membentuk kaldera seluas 100 kilometer persegi. Tinggi asapnya hingga 43 kilometer, mengeluarkan 400 juta kubik gas sulfur, belerang yang mempengaruhi daya tembus matahari ke bumi. Sebaran ketebalan muntahannya di sekitar lokasi gunung hingga 50 sentimeter yang menyebabkan tidak adanya tanaman yang bisa tumbuh.
Akibat lainnya adalah hilangnya musim semi di Eropa dan hilangnya kota Tambora disebut sebagai Pompeii of the East. Pompeii dikubur sedalam 23 meter akibat letusan gunung Vesuvius di Italia.
SUPRIYANTHO KHAFID
Artikel Lain: Di Tambora, Pendakian Bisa Dilakukan dengan Kendaraan Bermotor