TEMPO.CO, Manado - Menyambut hari raya Nyepi Tahun Baru Saka 1940, umat Hindu Manado pun tak ketinggalan menggelar pawai ogoh-ogoh.
Baca juga: Banyuwangi Gelar Parade Balaganjur dan Ogoh-ogoh
Ketua Parisada Hindu Dharma Manado, Ida Bagus Ketut Alit, mengatakan pawai ogoh-ogoh akan dilaksanakan sehari sebelum Nyepi (hari ini).
“Sehari sebelum nyepi kami melakukan ritual keagamaan, yang berlokasi di lapangan sparta Tikala Manado, sejak pagi sampai siang, lalu ada pawai ogoh-ogoh yang dilakukan umat," kata dia, di Manado, Kamis, 15/3.
Pawai ogoh-ogoh akan mengambil rute dari lapangan Sparta Tikala, menuju ke jalan Raya Sudirman, sampai perempatan sentrum lalu ke arah TKB dan kembali ke lapangan.
Upacara dan pawai ogoh-ogoh, kata Ketut Alit, memiliki makna tersendiri, yakni menolakpengaruh jahat. Dalam pawai akan ada ogoh-ogoh berujud Buta Kala yang merupakan perwujudan kejahatan.
Patung Bhuta kala itu, kata Ketut Alit, akan diarak keliling kota. “Setelah itu akan dibakar sebagai simbol agar tidak lagi mengganggu persiapan untuk perayaan nyepi.”
Warga Hindu di Manado sudah menggelar ritual keagamaan menjelang Nyepi sejak, Rabu, 14/3. "Tiga hari sebelum Nyepi, 1000 lebih umat Hindu sudah melaksanakan Upacara Melasti di Taman Berkat ," kata Ketut Alit.
Upacara Melasti dilaksanakan di Taman Berkat karena dekat dengan sumber mata air atau Samudera sejak pagi sampai siang hari. Pada upacara melasti ini umat untuk menyucikan diri menyambut hari raya Nyepi.
Puncaknya pada perayaan Nyepi seluruh umat Hindu akan melakukan catur brata penyepian, yakni amati geni, amati lelanguan, amati lelungan dan amati karya. “Sehari setelah nyepi umat melakukan dharma santi," kata Ketut Alit.
Artikel Lain: Ke Lombok Tengah, Jangan Lupa Beli Oleh-oleh dari Desa Adat Ini