Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pertama Kali ke Banda Neira, Perhatikan 8 Tip Berikut

image-gnews
Sejumlah warga menarik kapal motornya untuk siap mencari ikan di Pulau Hatta, Banda Neira, Maluku Tengah, 18 Mei 2016. Pulau Hatta dapat dijangkau menggunakan perahu stabil bertutup dari Banda Neira dengan harga sewa Rp300.000-7500.000. TEMPO/Iqbal Lubis
Sejumlah warga menarik kapal motornya untuk siap mencari ikan di Pulau Hatta, Banda Neira, Maluku Tengah, 18 Mei 2016. Pulau Hatta dapat dijangkau menggunakan perahu stabil bertutup dari Banda Neira dengan harga sewa Rp300.000-7500.000. TEMPO/Iqbal Lubis
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Banda Neira, kota kepulauan di Maluku Tengah, yang mencuri perhatian dunia. Sejarah mencatat, Banda Neira pernah menjadi pusat perdagangan rempah-rempah dunia hingga pertengahan abad ke-19.

Dermaga, bandara, dan kantor-kantor administrasi peninggalan era Belanda yang masih berdiri di sana, menunjukkan betapa modernnya kota itu pada masa lalu. Kini kota tersebut meninggalkan jejak peradaban tertua di Nusantara.

Tahun demi tahun, orang-orang dari luar daerah, bahkan luar negeri, berbondong-bondong datang ke Banda Neira. Apalagi sejak Pesta Rakyat Banda digelar. Festival yang menunjukkan kekayaan alam bahari, histori, dan tradisi, itu berhasil mencuri hati penikmat wisata.

Bila Anda ingin berwisata ke Banda Neira, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Misalnya, ketersediaan hotel atau jadwal maskapai penerbangan.

Kepala Dinas Provinsi Pariwisata Maluku Habiba Saimima, yang ditemui di kantor Kementerian Pariwisata, Jakarta Pusat, Senin malam, 12 Maret 2018, memaparkan sejumlah tip khusus untuk wisatawan yang baru pertama kali datang ke Banda Neira. Berikut ini tip tersebut.

Baca Juga:

1. Pilihan transportasi ke Banda Neira cukup terbatas, yakni naik pesawat atau kapal laut. Bila wisatawan datang dari Jakarta, Saimima menyarankan mereka untuk melakukan penerbangan ke Ambon lebih dulu.

Ada tujuh maskapai penerbangan yang menyediakan penerbangan Jakarta-Ambon. Di antaranya Garuda Indonesia, Sriwijaya, Nam Air, Citilink, Lion Air, Batik, dan Wings Air.

Setelah itu, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan pesawat perintis Susi Air. Jadwal penerbangan Susi Air tak setiap hari tersedia. "Seminggu tersedia dua kali penerbangan," katanya.

Pilihan lain adalah menunggang Kapal PELNI KM Pangrango dengan jadwal yang juga tak setiap hari tersedia. Bisa juga dengan kapal cepat yang berangkat dari Pelabuhan Tulehu. Jadwal kapal cepat berangkat setiap Selasa dan Sabtu pukul 09.00.

Kapal akan kembali dari Banda Neira ke Tulehu setiap Rabu dan Minggu pada jam yang sama. Harga tiket kapal Rp 450 ribu untuk kelas ekonomi dan Rp 650 ribu untuk kelas eksekutif. Adapun lama perjalanannya kira-kira 6 jam, tergantung gelombang.

2. Mengeksplorasi Kota Banda Neira terlebih dulu menjadi pilihan yang tepat sebelum wisatawan pergi ke pulau-pulau kecil di sekitarnya. Sebab, di area kota, terdapat berbagai spot yang menyimpan nilai sejarah tinggi.

Misalnya Benteng Belgica atau benteng peninggalan Portugis abad ke-16. Lalu, gereja tua Hollandische Kerk yang dibangun pada 1600-an.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

3. Setelah mengeksplorasi kota Banda, wisatawan disarankan mengunjungi pulau-pulau kecil di sekitarnya, misalnya Pulau Hatta, tempat pengasingan Bung Hatta. Juga Pulau Rhun, pulau yang kerap dikunjungi untuk snorkeling. Pulau ini terkenal memiliki terumbu karang warna-warni dan jutaan spesies ikan.

Wisatawan bisa menumpang public boat. Setiap hari ada tiga boat beroperasi. Harganya dari pulau ke pulau berkisar Rp 20-30 ribu.

4. Idealnya, menurut Kadispar Maluku, wisatawan tinggal di Banda Neira selama 10-12 hari. "Karena di Banda, apa-apa murah. Makan cuma Rp 20 ribu. Homestay cuma Rp 200 ribuan," ujarnya.

Selain itu, dalam kurun waktu 10-12 hari, wisatawan akan dapat mengeksplorasi semua wilayah Banda yang menyimpan beragam potensi.

5. Selain homestay, di Banda Neira hanya ada dua hotel. Hal ini diungkapkan Ketua DPD Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Maluku Faruk Baaddilla saat ditemui di kantor Kementerian Pariwisata, Senin malam.

Harga kedua hotel itu beragam. Hotel pertama memiliki variasi harga Rp 365 ribu, Rp 650 ribu, sampai Rp 1 juta. Sedangkan hotel kedua menawarkan variasi harga Rp 350 ribu, Rp 450 ribu, dan Rp 750 ribu.

6. Selain di Kota Banda Neira, wisatawan bisa tinggal di pulau-pulau kecil. Pulau tersebut mengakomodasi kebutuhan menginap wisatawan melalui pembukaan sejumlah homestay di perkampungan.

Di Pulau Hatta, misalnya, tersedia banyak homestay dengan harga seragam, yakni Rp 250 ribu per malam. Sedangkan di Pulau Rhun, hanya ada satu homestay dengan harga Rp 300 ribu per malam, termasuk makan siang dan malam.

7. Seperti daerah lain di Maluku dan Papua, Banda Neira punya kuliner unggulan papeda. Papeda adalah bubur sagu bertekstur lengket seperti lem. Sepanjang berwisata di Banda Neira, Anda sebaiknya membiasakan diri untuk menikmati santapan ini.

8. Manisan pala dan halua kenari adalah oleh-oleh yang bisa dibawa dari Banda Neira. Sebab, dua bahan utama dari penganan ini menjadi komoditas utama masyarakat Banda. Pala dan halua dibanderol dengan harga Rp 10-20 ribu. Makanan ini bisa dijumpai di Kota Banda Neira.

Artikel lain: Mengenal Kota Gdanks, Tempat Egy Maulana akan Mukim

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menteri Susi Minta Warga Banda Tak Jual Ikan Hias, Ini Alasannya

24 Oktober 2017

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (kiri) bersama Duta Besar Amerika Serikat Joseph R Donovan Jr (kanan), melambaikan tangan saat acara Tutup Sasi Komoditas Lobster, di laut Desa Lonthoir, Pulau Banda Besar, Kepulauan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, Minggu (22/10). Sasi adalah kearifan lokal di Kepulauan Maluku, yaitu berupa larangan untuk mengambil hasil sumber daya alam tertentu sebagai upaya menjaga mutu dan populasi sumber daya hayati, baik hewani maupun nabati. ANTARA FOTO/Embong Salampessy
Menteri Susi Minta Warga Banda Tak Jual Ikan Hias, Ini Alasannya

Meski ikan hias di Kepulauan Banda melimpah, Menteri Susi minta warga tidak menangkap dan menjualnya karena bisa membunuh potensi wisata.