TEMPO.CO, Gdansk - Egy Maulana Vikri, pemain sepak bola Indonesia, akhirnya bergabung dengan klub Lechia Gdansk, klub yang bermain di Divisi Utama Liga Polandia.
Egy Maulana Vikri memilih Lechia Gdansk karena berpeluang mendapat jam bermain tinggi bersama Lechia. Klub ini menjanjikan Egy sebagai pemain inti.
Namun Egy Maulana Vikri baru akan mukim di Gdanks, markas klub tersebut, bulan Juli nanti setelah ia menuntaskan sekolahnya.
Gdanks bagi telinga orang Indonesia mungkin masih samar-samar. Kota ini tak sefamiliar Warsawa, misalnya. Sebagian mungkin pernah mendengar nama kota ini karena menjadi pusat gerakan buruh Solidaritas pada dekade 1980-an silam.
Gdanks --kota yang juga dikenal dengan nama Danzig-- memang dikenal sebagai kota industri. Tetapi di sini juga terdapat detsinasi wisata Westerplatte yang amat popular di Polandia.
Terletak di utara Gdansk, setiap tahun ribuan turis mendatangi Westerplatte. Di sinilah, pada 1 September 1939, sekitar pukul 04.45 kapal perang Jerman, Schleswig-Holstein, memuntahkan pelurunya. Pertempuran sengit--tapi tak seimbang--terjadi. Kota ini sarat dengan pertiswa sejarah, memang.Tentara Angkatan Laut Polandia laksanakan upacara peringatan ke-75 invasi Nazi Jerman ke Polandia, pada Perang Dunia II Westerplatte Memorial di Gdansk, Polandia, 1 September 2014. REUTERS/Kacper Pempel
Untuk mengunjungi Westerplette, para pelancong bisa menggunakan kapal pesiar, dengan tarif per orang 40 zloty atau sekitar Rp 140 ribu. Kapal ini akan menyusuri Sungai Motlawa yang bersih dengan pemandangan indah, bangunan-bangunan abad ke-17, selama sekitar satu jam sebelum kemudian merapat di semenanjung Westerplatte.
Karena itulah, rugi jika telah naik kapal wisata itu tidak dilanjutkan dengan mengunjungi Westerplatte.
Dari atas kapal ini kita bisa melihat pelabuhan dan galangan kapal Kota Gdansk. Galangan Gdansk menjadi terkenal di seantero sedunia lantaran di sanalah pada 1980 Lech Walesa, yang kemudian mendapat hadiah Nobel dan menjadi Presiden Polandia, mengorganisasikan para buruh menggelar pemogokan.
Gerakan yang dikenal dengan nama Solidarnosc itu membuat pemerintahan komunis runtuh. Di sejumlah bangunan, termasuk toko-toko, saya melihat ada tulisan-tulisan "Solidarnosc."
Tujuan utama "wisata" Westerplatte adalah monumen peringatan untuk para tentara Polandia yang gugur, yang berdiri di sebuah bukit. Sebelum menuju ke sana, turis bisa menikmati sejenak naik lori terbuka yang digerakkan orang. Ini juga lori peninggalan perang Westerplatte.
Seorang pemuda berseragam tentara Polandia, dengan senang hati mengantarkan siapa pun turis yang ingin naik lori yang dulu dipakai membawa amunisi perlengkapan militer dalam jumlah kecil. Ia bukan tentara sebenarnya, namun petugas wisata yang berbusana ala militer.
Monumen yang menjadi pusat wisata itu bertinggi 25 meter. Di kejauhan terlihat panorama laut dan juga pohon-pohon yang menaungi tanah Westerplatte. "Banyak orang tua yang ke sini adalah mereka yang pernah terlibat perang atau mengalami perang itu," kata Margaret Andrzejewska, seorang pemandu wisata.
Dari puncak bukit tempat berdirinya tugu peringatan pertempuran Westerplatte, pemandangan indah terhampar. Sejumlah anak sekolah membeli suvenir-suvenir tugu yang dijual seharga 1 sampai 8 zloty (Rp 28 ribu).
Pengunjung yang ingin membeli suvenir lebih "keren", dari baju serdadu hingga masker-masker tentara Polandia yang dipakai menghadapi serbuan senjata tentara Jerman, bisa mendapatkannya di tenda-tenda di pinggir jalan memasuki area Westerplatte. Harganya sekitar 25 zloty (Rp 87 ribu).
Dari bukit itu pula, nun di bawah sana, di hamparan lapangan yang biasa dipakai upacara untuk mengenang pertempuran Westerplatte itu, terbentang tulisan besar dalam bahasa Polandia. "Jangan ada perang lagi," kata Maria, mengartikan tulisan tersebut.
Jika memiliki waktu luang disela-sela ketatnya kompetisi, mungkin tempat ini bisa menjadi salah satu pilihan Egy Maulana Vikri untuk berlibur.
LESTANTYA R BASKORO | EGI ADYATAMA
Artikel lain: Singapore Travel Fair di Palembang Tawarkan Tiket Murah Penerbangan