Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Anggunnya Batik Keraton dan Pakualaman di Taman Pintar Yogyakarta

image-gnews
Pengunjung menyaksikan pameran Koleksi Batik Keraton dan Puro Pakualaman Yogyakarta di Taman Pintar. Pameran ini berlangsung 26 Februari-4 Maret 2018. TEMPO/PRIBADI WICAKSONO
Pengunjung menyaksikan pameran Koleksi Batik Keraton dan Puro Pakualaman Yogyakarta di Taman Pintar. Pameran ini berlangsung 26 Februari-4 Maret 2018. TEMPO/PRIBADI WICAKSONO
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Ruangan oval di lantai satu wahana edukasi Taman Pintar Yogyakarta, awal pekan ini, tampak megah dipenuhi deretan kain batik yang mengitari sudutnya.

Batik-batik yang terlihat jarang ada di pasaran itu merupakan koleksi batik dari Keraton Yogyakarta dan Puro Pakualaman yang dipamerkan selama sepekan, dari 26 Februari sampai 4 Maret 2018.

Baca juga: Motif Batik Yogyakarta yang Hampir Punah

Sebuah kain batik raksasa membentang dengan indah di selipan kain batik berwarna dominan gelap kecokelatan itu. Namanya Batik Kampuh Batik Semen Raja Sawat, yang merupakan koleksi Keraton Yogya.

Bentang batik Raja Sawat itu sekitar empat meter dengan gambar ornamen bangun segi empat di tengahnya. Di sekitar ornamen utama itu terdapat ornamen penghias pohon hayat atau pohon kehidupan yang menjadi simbol keadilan dan kekuasaan. Selain itu, terdapat ornamen meru atau gunung, burung, garuda, dan matahari.

Keraton juga membawa batik Kawung, yang merupakan pola batik paling kuno yang pernah diciptakan. Motif Kawung ini tersusun dari motif bulat panjang (elips), disusun menurut garis diagonal, miring ke kiri dan ke kanan berselang-seling.

Dalam penjelasannya, Kawung bermakna papat kiblat lima pancer, yang berarti empat penjuru mata angin dengan satu pusat, yang merupakan lambang Tuhan Yang Maha Esa.

Batik Kawung biasanya dipakai sebagai lurub atau kain penutup jenazah, dengan harapan orang yang sudah meninggal dapat lancar jalannya menuju alam kelanggengan atau keabadian. Dalam bahasa Jawa, kawung diartikan sebagai bali nang alam sawung atau kembali ke alam sawung (kosong, hampa).

Keraton Yogyakarta memamerkan juga motif legendaris Truntum, yang diyakini tercipta di masa raja keturunan Mataram pertama yang dilantik Belanda, Sri Susuhunan Pakubuwana III, 1732-1788.

Konon motif Truntum yang sekilas berbentuk seperti hamparan bintang itu tercipta kala permaisuri Pakubuwana III sedang dilupakan suami. Sang permaisuri dalam kesedihan terus membatik sambil berdoa agar sang suami memperhatikannya lagi dan upaya itu berhasil. Motif Truntum pun kemudian diidentikkan dengan makna bertautnya cinta.

Tak kalah eksotisnya dengan batik koleksi Keraton, Puro Pakualaman juga menampilkan motif-motif baru yang diilhami dari penerjemahan naskah kuno perjalanan Puro Pakualaman.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Misalnya yang menonjol adalah batik Wilaya Kusumajana, yang diwarnai motif ribuan titik mengepung bunga kusuma. Motif ini terinspirasi dari kisah wedana renggan Wilaya Kusumajana dalam naskah kuno Puro Pakualaman berjudul “Sestradisuhul” dan “Bebar Palupyan”.

Makna simbolis dari motif batik ini merangkum keteladanan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Pakualam I sebagai pribadi yang konsisten menjalankan ajaran sestradi. Ajaran sestradi mengenai sikap manusia untuk tidak sirna saat diri dihina dan tidak tinggi saat diri dipuji.

Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan Nitya Budaya Keraton Yogya, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara, menuturkan pameran koleksi batik ini adalah upaya mengenalkan lagi sejarah di balik motif batik kepada publik.

“Sehingga masyarakat bisa tahu filosofi motif batik itu juga penggunaannya,” ujar Bendara, yang merupakan putri Raja Keraton Yogya Sri Sultan Hamengku Buwono X, di sela pembukaan pameran, Senin, 26 Februari 2018.

Pemandu Taman Pintar, Nia Chusnul Himawati, mengatakan pameran koleksi batik Keraton dan Puro Pakualaman di Taman Pintar ini merupakan kali pertama dan mendapat antusiasme pengunjung.

“Pameran batik ini menjadi warna baru untuk Taman Pintar yang selama ini dianggap identik dengan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,” ujarnya.

Nia menuturkan Taman Pintar sendiri memiliki zona membatik, pengunjung bisa belajar membatik setiap hari dengan biaya Rp 13 ribu per orang.

Seorang wisatawan asal Palembang, Umi Khusnul, 25 tahun, mengaku senang dengan pameran batik itu. “Selama ini saya tahunya batik itu ya seperti kain ini, tapi tidak tahu bagaimana sebenarnya kisah di balik motif-motif itu. Sekarang jadi tahu,” kata Umi.

PRIBADI WICAKSONO

Artikel Lain: Museum Batik Danar Hadi Perkuat Identitas Solo sebagai Kota Batik

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

3 hari lalu

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mengadakan pelatihan untuk membantu pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) para nasabah.


Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

5 hari lalu

Batik Ecoprint dari Kampung Brontokusuman Karangkajen Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono
Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

Kampung Karangkajen Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta dikenalkan sebagai Kampung Religius jelang Ramadhan atau awal Maret 2024 ini.


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

16 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

20 hari lalu

Ziarah ke makam Kotagede Yogyakarta pada Kamis, 6 Maret 2024 digelar menjelang peringatan hari jadi ke-269 DIY (Dok. Istimewa)
DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram


Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

22 hari lalu

Desainer, pengusaha, dan direktur kreatif IKAT Indonesia, Didiet Maulana/Foto: Doc. Pribadi
Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

Desainer dan Direktur Kreatif IKAT Indonesia Didiet Maulana membeberkan cara menjaga kain batik agar tetap awet.


Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

24 hari lalu

Perhelatan Sarkem Fest 2024 digelar di Yogyakarta. (Dok. Dinas Pariwisata Yogyakarta)
Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.


KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

29 hari lalu

Ilustrasi Batik. shutterstock.com
KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

Kedutaan Besar RI di Canberra menggelar promosi batik di Balai Kartini, Australia. Agenda tersebut dilaksanakan melalui Atase Perdagangan Canberra bersama Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia (APPMI).


Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

40 hari lalu

Vespa Batik. (Foto: Piaggio Indonesia)
Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

Lini terakhir dari Vespa Batik ini akan berhenti diproduksi pada Oktober 2024 setelah mencapai total produksi sebanyak 1.920 unit.


NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

46 hari lalu

Lancer Evo Batik. (Dok NMAA)
NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

NMAA kembali tampil dalam pameran modifikasi Osaka Auto Messe (OAM), Jepang, pada 10-12 Februari 2024 dengan memajang Lancer Evo Batik.


Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

51 hari lalu

CEO Rianty Batik, Aditya Suryadinata, ketika menceritakan pengalaman bisnisnya di Rianti Batik Malioboro, Yogyakarta, Selasa, 6 Februari 2024. Pelaku UMKM batik ini berbagi pengalaman mempertahankan bisnis ketika pandemi Covid-19 melanda. TEMPO/Riri Rahayu
Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

Pengusaha batik Yogyakarta selamat dari pandemi berkat penjualan online. Omsetnya juga naik.